Abraham, Bapa Kaum Beriman

ESUAI perintah Tuhan, Abraham meninggalkan tanah airnya, Haran, menuju Kanaan yang belum pernah ia tahu. Tuhan juga menjanjikannya akan menjadi bapa suatu bangsa yang besar, padahal dia tak memiliki seorang anak pun. Umurnya sudah 75 tahun, sementara isterinya Sara mandul pula. Namun, dia percaya saja, pegangannya hanya Tuhan. Dia percaya Tuhanlah yang akan menyelenggarakannya semuanya.

Kita sering kurang percaya akan penyelenggaraan ilahi. Kita kerap mencari kejelasan, kepastian, minta tandan , dan menghitung-hitung untung ruginya dulu. Sabda Tuhan hari ini menguji hati dan pikiran ktia. Hati dan pikiran kita belum seperti Tuhan, termasuk dalam hal menghakimi. Yesus mengajarkan kita untuk tidak mengadili orang dengan lalim. Kita mudah melihat “kutu” pada orang lain, sedangkan “gajah” dipelupuk mata tidak kita lihat. Kesalahan kecil orang lain kita besar-besarkan, tetapi kesalahan diri sendiri atau berusaha menutup-nutupinya. Namun, kesalahan orang lain kita ingat terus dan suatu hari akan menjadi senjata ampuh untuk menyerangnya. Yesus tidak menghendaki hal ini terjadi. Marilah kita bertobat dan memperbaiki diri. Biarlah Tuhan mengadili. Salah satu cara agar kita dapat hidup bijaksana adalah dengan mengenal diri sendiri. Filsuf Socrates berkata: “Hidup yang tidak direnungkan tidak layak untuk dihidupi”.

Ya Tuhan, semoga aku bisa melihat kelemahanku dan memperbaiki diri lebih dahulu sebelum aku menghakimi orang lain. Amin.

Sumber: Ziarah Batin 2017

Kredit Foto:  Abraham/Istimewa