ERTOBATAN tak pernah terjadi hanya untuk bertahan sebentar. Sebuah pertobatan yang hanya sementara, bukanlah pertobatan sejati yang lahir dari lubuk hati. Israel pernah beberapakali menyesal karena meninggalkan Tuhan, namun suatu ketika hal itu menjadi seperti sebuah kebiasaan. Peringatan para nabi tidak lagi didengarkan, maka Tuhan membiarkan mereka mengalami pembuangan oleh raja Asyur (bdk. 2Raj. 5-8). Dalam Injil, Yesus mengajarkan tentang sikap sadar-diri. Sebab, ada kecenderungan orang mudah menilai orang lain tanpa terle ih dahulu memeriksa dirinya sendiri (bdk. Mat. 7:5). Kerelaan untuk menyadari kelemahan diri sendiri merupakan sikap batin yang mesti terus menerus dilakukan, dan tidak hanya terjadi sekali waktu. Sikap ini pun merupakan wujud kesetiaan pada ajaran Yesus. Ia menghendaki agar kita mudah menghakimi orang lain. Sebelum menilai siapa pun, kita mesti sadar bahwa kita sendiri pun mungkin perlu berubah menjadi lebih baik.
Di lingkungan tempat kita hidup dan bekerja, kesaksian iman mesti kita lakukan dengan komitmen yang sungguh. Usaha ini akan bertahan lebih langgeng kalau kita pun rajin mengoreksi diri, sehingga pertobatan kita akan membawa perubahan yang berarti.
Yesus Kristus, Tuhanku, Engkau meruinta supaya aku tidak menghakimi saudaraku. Semoga aku berani bertobat dan bertahan lama dalam usaha membuat hidupku menjadi lebih baik. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.