EWASA ini, nafsu dan kerakusan menjadi hal yang sangat kuat diperlihatkan oleh manusia. Di sekitar kita, hal-hal itu diperlihatkan dengan segala cara tanpa rasa bersalah. Kisah menyedihkan tentang Nabot, orang Yizreel, yang dibunuh dan dirampas kebun anggurnya oleh raja Ahab merupakan gambaran tentang kerakusan yang sudah menjadi kekejaman (bdk. 1 Raj. 21:1-16). Hal yang persis sebaliknya disampaikan Yesus dalam Injil perihal pentingnya memiliki kemurahan hati (bdk. Mat. 5:38-42). Dengan memberikan ‘lebih’ dari yang disangka orang lain, kita mengungkapkan sifat Allah yang sangat murah hati demi mempertobatkan dan menyelamatkan manusia. Allah itu pula yang memberikan Yesus, putra-Nya, menjadi korban nafsu dan kekejaman manusia. Akan tetapi, Allah melakukan itu supaya manusia bertobat dan kembali dengan selamat kepada-Nya.
Beberapa kejadian di sekitar kita tampaknya menunjukkan pengorbanan yang sia-sia, tetapi mungkin sebenarnya tidak tanpa hasil. Tuhan selalu mampu melakukan rencan-Nya meskipun di mata kita seolah-olah hal itu terlihat sebagai kegagalan. Kemurahan hati Allah adalah juga kebesaran hati-Nya untuk memberi kesempatan kepada kita memahami makna kasih dan pengampunan.
Tuhan, rencana-Mu akan selalu terlaksana, kendati aku tak selalu memahaminya. Semoga aku mampu menjadi pribadi yang murah hati dan pengampun, supaya orang lain pun sampai pada keselamatan. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.