Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian, Selasa 6 Desember 2016, Matius 18: 12-14

Renungan Harian, Selasa 6 Desember 2016, Matius 18: 12-14

Siraman Rohani

Selasa 6 Desember 2016

Rm Fredy Jehadin SVD

Tema: Tuhan Sangat Mengasihi Kita! (Matius 18: 12-14)

Saudara-saudari… Pada tanggal 2 Desember 2016, sore hari, saya duduk mendengar Berita Nasional Papua New Guinea. Yang sangat menyentuh perasaan saya waktu itu adalah seorang Bapa datang ke kantor TV mengumumkan kepada publik bahwa anak Nona-nya, berumur 12 tahun hilang. Paginya anak Nona itu ke toko untuk beli sesuatu, tetapi sampai malam hari tidak kembali ke rumah. Keluarga sangat cemas jangan-jangan ada orang yang menculiknya. Orang tua sudah berusaha mencari, menghubungi keluarga-keluarga yang mereka kenal, tetapi mereka semua tidak tahu. Sewaktu saya mendengar pengumuman itu saya membayangkan kepedihan dan kebingungan orangtua dan juga situasi yang sedang dialami oleh anak Nona ini. Saya bayangkan ketak-berdayaan dan kebingungan anak Nona. Apakah yang akan terjadi ke-atasnya? Yang pasti pikiran dan perasaan orangtua hanya tertuju kepada anak Nona yang lagi hilang, sementara anak-anak yang lain, yang lagi ada bersama mereka, tidak dipikirkan. Betapa pun enaknya makanan yang disuguhkan kepada mereka hari itu, semuanya terasa hambar karena kemauan untuk makan pun sama sekali tidak ada. Yang sangat dirasakan hanyalah kepedihan, ketakberdayaan dan kebingungan mengingat anak Nona yang lagi hilang. Banyak teka-teki dalam pikiran: Apakah masih hidup atau sudah mati, apakah ditangan orang baik atau orang jahat? Apakah cuma ditahan untuk mendapat uang jaminan atau diperkosa?

Lewat televisi, orangtua sudah mengumumkan, bahwa mereka sudah siap membayar mereka yang membawa pulang anak Nona mereka. Siapakah yang bisa dipercayai untuk selamatkan anak Nona ini? Siapakah yang bisa menyelamatkannya? Apakah polisi bersedia mencarinya? Secara pribadi, sesudah mendengar pengumuman itu, saya hanya titipkan doa: “Tuhan…tolong bawalah anak Nona ini kembali ke tengah keluarganya. Selamatkanlah dia ya Tuhan.” Kalau anak Nona bisa kembali dengan selamat ke tengah keluarga pasti orangtua dan semua anggota keluarga akan sangat bahagia.

Saudara-saudari… Lewat Injil hari ini kita nendengar bahwa Yesus menceriterakan seorang gembala yang berusaha mencari seekor domba yang hilang. Dia meninggalkan 99 domba yang lain dan pergi mencari domba yang tersesat. Dia tidak lagi berpikir tentang kenyamanan domba-domba yang berkumpul bersamaan dalam satu tempat, tetapi konsentrasi dan pusat perhatiannya focus pada yang hilang. Yang sangat menarik bahwa jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada yang ke-99 ekor yang tidak tersesat.

Lalu kata Yesus: “Demikian Bapa-mu yang di surga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.”

Kalau saya renungkan apa yang dikatakan Yesus ini, perkataan-Nya sungguh benar dan diriNya sudah menjadi perwudjudan cinta Tuhan terhadap manusia. Kita manusia adalah domba yang sesat itu. Kita tersesat bukan karena kesalahan siapa-siapa, tetapi karena kita salah memanfaatkan kebebasan yang sudah diberikan Tuhan kepada kita. Kalau kita berpikir tentang domba yang sesat itu. Dia tersesat karena dia tidak mengikuti kawanan domba yang lain dan tidak mengikuti tuntuntan gembalanya. Dia mungkin melihat rumput yang hijau di salah satu tempat dan lari kesana, sementara yang lain masih mengikuti tuntunan gembalanya. Atau karena keasikan menikmati enaknya rumput yang hijau dan segar, dia tidak peduli lagi dengan perintah tuannya.

Saudara-saudari… Kalau kita ingat sejarah kejatuhan manusia ke dalam tangan Setan, akar kesalahannya adalah mengikuti kehendak sendiri, dan mau menyamakan diri dengan Tuhan. Tetapi walaupun demikian, Tuhan tidak pernah melupakan manusia. Ia tetap mencintai manusia. Karena cintaNya, Ia mengutus PuteraNya ke dunia mencari manusia yang tersesat itu. Ia bekerja keras yakinkan manusia agar kembali kepada Bapa. Puncak daripada kasih dan cintanya kepada manusia adalah mati di Salib. Tuhan sungguh mengasihi manusia. Lalu bagaimana tanggapan kita akan kasih Tuhan?

Marilah saudara-saudari… Kita manfaatkan masa Advent ini untuk periksa diri kembali. Apakah kita selalu berada dalam gembalaan Tuhan kita atau kadang kita tersesat. Kalau kadang kita tersesat, marilah kita teriak meminta bantuan Yesus Kristus agar Ia memikul, menuntun kita kembali kepada kawanan domba yang lain, yang selalu mengalami kasih Allah. Percayalah selalu bahwa Tuhan sangat mengasihi kita.

Kita meminta Bunda Maria untuk mendoakan kita selalu. Amen