Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan bila permintaan atau undangan orang tidak kita setujui. Orang menyampaikan alasannya karena berbagai macam factor penyebab. Faktor penyebabnya itu ada yang bersifat mendesak, tidak mendesak, sengaja bahkan tak jarang ada yang berbohong demi pemenuhan kepentingan pribadinya.
Bacaan Injil mengemukakan beberapa alasan yang menjadi dalil bagi orang yang tidak menghargai dan mengikuti undangan perjamuan nikah: Ada yang sibuk mengurus ladang baru, mengurus lembuh piaraan yang baru dibeli, bulan madu. Karena munculnya berbagai alasan akan ketidakhadiran para undangan dalam perjamuan nikah maka tuan pesta memutuskan untuk mengundang semua orang yang bisa dijumpai yakni orang lemah dan tak berdaya seperti: miskin, cacat, lumpuh dan buta.
Muncul pertanyaan, mengapa orang cenderung berdalil padahal undangan telah tersedia? Orang berdalil karena ada kepentingan tertentu. Kepentingan itu lebih berorientasi pada diri dan perwujudan keinginan. Hal ini bisa terjadi pada orang-orang yang memiliki kesibukan dalam kerja dan sebagainya. Sedangkan orang miskin, cacat, buta dan lumpuh ditampilkan sebagai orang yang menghargai undangan bukan karena mereka tidak memiliki kesibukan tetapi mereka menampilkan diri sebagaimana adanya karena kelemahan dan ketakberdayaannya.
Undangan Tuhan bersifat universal. Undangan itu mendatangi semua orang agar orang masuk ke dalam perjamuan nikah penuh kebahagiaan bagi semua orang pula. Perjamuan nikah di dalam Tuhan diperuntukkan bagi kebahagiaan semua anak Allah. Namun berbagai dalil oleh karena rasa ingat diri sering menjadi penghambat bagi kita untuk menikmati perjamuan sukacita di dalam Tuhan. Menghadiri perayaan Ekaristi atau kegiatan rohani lainnya yang memungkinkan kita berkomunikasi dengan Tuhan sering kali menjadi tidak diindahkan oleh karena berbagai dalil dan alasan demi perwujudan kepentingan diri. Yesus mengajak kita untuk berani menanggalkan dalil egoisme kita dan berani masuk menghargai undangan keselamatan yang ditawarkan oleh Allah dalam perjamuan sukacita. Kebahagiaan sejati hanya ditemukan di dalam perjamuan bersama Allah.
Pertanyaan:
1. Pernahkan kita berdalil dengan aneka macam alasan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan rohani?
2. Bila ada, apa alasannya?
Doa:
Allah Bapa sumber kebahagiaan kami. Hanya di dalam Dikau kami menemukan kebahagiaan sejati. Arahkanlah dan bukalah hati dan budi kami agar sanggup melihat kekurangan diri kami serta mampu membaharui diri kami dari berbagai dalil yang seringkali memungkinkan kami jatuh ke dalam dosa dan jauh dari pada-Mu. Semoga kami menjadi anak-anak-Mu yang sanggup menanggapi undangan-Mu dengan hati dan budi yang jernih. Amin.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.