Renungan Harian
Kel. 33:7-11; 34:5b-9, 28; Mzm. 103: 6-7, 8-9, 10-11, 12-13; Mat. 13:36-43
DALAM kitab keluaran, Musa tampil sebagai teman dekat Allah. Hubungan ini menjadi dasar bagi hubungan antara Israel dengan Yahwe. Hubungan Yahwe dengan Israel sangat bergantung pada peran unik Musa sebagai perantara. Permintaan ampun bangsa Israel terhadap Yahwe didasarkan pada jalinan hubungan antara Musa dan Yahwe. Ketika Musa mengindentifikasi dirinya sebagai orang Israel maka mulai saat itu perjanjian antara bangsa Yahwe dan Bangsa Israel sudah bisa dipahami. Dalam bacaan injil pada hari ini, kepada kita diperdengarkan perumpamaan tentang lalang dan gandum. Perumpamaan tentang lalang yang ada di antara gandum diangkat dari realitas nyata. Bahwa di ladang yang ditanammi gandum tumbuh juga lalang. Yang menarik bahwa lalang tidak segera dicabut dan dipisahkan dari gandum sebab hal ini mungkin menyebabkan gandum akan ikut tercabut. Ada waktunya di mana gandum akan dipisahkan dari lalang. Penjelasan terhadap perumpamaan ini, sebagaimana yang dilukiskan penginjil Matius pada hari ini, semakin mempertegas realitas ini. Inilah gambaran situasi keadaan dunia yang kita hidupi. Kita hidup di dunia, di mana kebaikan dan kejahatan semakin sulit dibedakan.
Kejahatan dan kebaikan memang berjalan seiring. Ketika orang hanya bertahan dalam kejahatan, ia akan menuai hasil yang tidak baik. Ketika ia bertahan dalam kebaikan, ia akan menuai kebaikan juga. Kejahatan bagaikan lalang yang tumbuh di antara gandum. Sang empunya ladang gandum tidak menginginkan kehadiran lalang dan ia mempunyai wewenang untuk menyingkirkan lalang itu. Namun, terkadang tidak mudah mencabut lalang di antara gandum karena rupa dan bentuknya hampir mirip. Demikianlah kejahatan dan kebaikan dalam situasi kita ini semakin sulit dibedakan. Banyak dari kita yang sering bermain dalam rana abu-abu. Maka sering kali kebaikan yang tampak ternyata hanyalah kejahatan tersulubung, namun kita mesti ingat bahwa dari buahnya kita dapat membedakan mana yang jahat dan mana yang baik.
Kita hidup, entah sebagai lalang ataupun gandum, adalah pilihan kita sendiri. Namun, pada hakekatnya Bapa menaburkan benih gandum dan bukannya lalang sebagaimana yang dilukiskan dalam kitab Keluaran; Allah itu pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih setiaNya dan yang mengampuni kesalahan dan dosa. Dan kita mesti ingat bahwa yang menghukum kita adalah diri kita sendiri melalui hidup kita yang tidak sesuai kehendak Tuhan. Oleh sebab itu melalui bacaan injil pada hari ini, kita di ajak untuk kembali melihat seluruh kehidupan kita saat ini, apakah kita sudah tumbuh dan berkembang sebagai gandum atau kita lebih mirip sebagai lalang. Dengan demikian kita bisa merubah hidup kita menjadi lebih baik dari hari-hari kemarin. ***
Foto Kredit: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.