Rutinitas/Ilustrasi (Ist)

ENGHAYATAN sebuah keyakinan perlu diimbangi dengan pemahaman yang baik akan apa yang diyakini. Tanpa itu, seseorang bisa jatuh dalam penghayatan yang dangkal dan malah menjauhkannya dari nilai yang sesungguhnya. Umat Israel pun pernah mengalami hal yang serupa. Mereka menjalankan ibadah tanpa memahami maknanya. Mereka kelihatan sangat religius dengan mempersembahkan banyak kurban kepada Allah. Namun, semua tindakan peribadatan itu tidak lahir dari hati yang tulus, hanya sebatas rutinitas belaka atau supaya dilihat orang. Situasi inilah yang kemudian dikritik oleh Nabi Yesaya. Ia mengajak mereka untuk melakukan pertobatan, sebuah perjalanan kembali kepada Allah.

Hal yang sama pun menimpa ahli-ahli Taurat dan orang Farisi dalam cerita Injil hari ini. Yesus mengecam mereka bukan karena ajaran yang mereka sampaikan, tetapi lebih karena perbuatan dan penghayatan yang mereka jalankan. Apa yang mereka ajarkan merupakan sesuatu yang baik, sedangkan apa yang mereka lakukan tak sejalan dengan ajaran. Seperti sebuah kemunafikan. Itu sebabnya Yesus bersabda, “Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka.”

Sekarang ini pun, banyak terjadi ketidaksesuaian antara iman dan perbuatan. Ibadah dijadikan hanya sebagai sebuah alat pembenaran untuk menutupi tindakan kejahatan. Sebab, bagi orang seperti itu agama tidak lebih dari kata-kata untuk membenarkan mereka. Semoga kita mampu memadukan apa yang diimani dalam tindakan dan laku hidup sehari-hari.

Ya Allah, bantulah aku untuk memurnikan setiap alasan dan motivasi imanku, sehingga yang aku cari hanyalah Engkau semata. Amin.

Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit Obor, Jakarta