bu Yesus merasa khawatir dengan ketenaran Yesus. Maria berpikir Yesus akan berhadapan dengan pemuka-pemuka agama dan bahkan pemerintah. Sebagai ibu, tindakan Maria untuk mencari dan khawatir akan keselamatan Yesus adalah hal yang sangat wajar. Namun jawaban Yesus di luar dugaan.“Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk. 8:21).
Apa yang bisa kita refleksikan dari kisah ini? Yesus membawa suatu paradigma baru dalam suatu relasi, bahwa yang menjadi keluarga kita itu tidak lagi dihitung oleh hubungan darah, tetapi lebih luas: Siapa saja yang melakukan kehendak Allah dan melakukan kebaikan dalam hidupnya adalah saudara-saudari Yesus. Apakah aku sudah menjadi saudara Yesus yang sejati?Jika kita belum melakukan kehendak-Nya dapatkah kita mengaku diri sebagai saudara atau saudari Yesus? Pengalaman umat dalam bacaan I, boleh menjadi teladan kita. Mereka membangun kembali Bait Allah dan mempersembahkan kurban kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur dan juga untuk dosa-dosa.Mari kita juga mempersembahkan diri kita dalam pelayanan dalam keluarga, sekolah, komunitas, Gereja, dan masyarakat.
Tuhan Yesus, terima kasih atas berkat-Mu. Kenddati aku lemah, namun engkau memanggil aku sebagai sahabat dan saudara-saudari-Mu.Kuatkanlah aku untuk melaksanakan perintah dan kehendak-Mu. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2017
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.