ERNYATAAN Yesus, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan Firman Allah dan melakukannya” (luk. 8:21), tampaknya sangat keras. Jika ditempatkan dalam konteks kesopanan masyarakat umum, jawaban Yesus terasa berlebihan. Yesus tidak hendak mengesampingkan kesopanan, kepatuhan dan pengakuan terhadap keluarganya. Yesus mengajarkan cara bersikap universal bagi semua orang tanpa membeda-bedaka. Oleh sebab itu, perlulah persaudaraan dibangun atas dasar relasi dan hidup dalam Sabda Allah sendiri. Maka, kesediaan mendengarkan Firman Tuhan menjadi menegaskan serta undangan semua orang.
Kitab Suci memuat Sabda Allah yang berbicara kepada manusia.
Kesungguhan mendengarkan Sabda Allah dalam Kitab Suci menjadi semangat dasar untuk mewartakan kebaikan Allah.
Hidup dan tindakan sehari-hari mesti ditopang oleh Sabda Allah sehingga hidup menjadi lebih bermakna. Rasul Yakobus mengingatkan agar orang beriman tidak sekadar menjadi pendengar tetapi hendaknya menjadi pelaku Firman Allah (Yak. 1:22). Sabda Allah mesti dihidupi dan dinyatakan dalam cerita hidup serta tindakan keseharian manusia.
Apakah aku sudah mendasarkan hidup seturu Sabda Allah? Apakah Kitab Suci sudah menjadi pedoman hidup keluargaku?
Tuhan Yesus, semoga aku semakin mencintai Sabda-Mu yang tertulis dalam Kitab Suci. Semoga sabda-Mu menjadi pedoman bagi langkah hidupku. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.