SANTO Paulus mengajarkan bahwa buah dari pengurbanan Kristus adalah rekonsilias. Yang dahulu jauh menjadi dekat, yang tercerai-berai disatukan, yang tadinya asing menjadi kawan sewarga. Sejak dibaptis kita adalah anggota Gereja, yang berarti kita adalah saudara satu sama lain. Reflkesi St. Paulus memberi kita kesempatan untuk bertanya diri tentang bagaimana kita bersekutu dan bersaudara selama ini.
Rekonsiliasi dan persaudaraan bukan hanya tanggung jawab Tuhan Yesus. Sejak dibaptis, tanggung jawab itu menjadi tanggung jawab kita. Yesus mengingatkan, “hendaklah pinggangmu tetap terikat dan pelitamu tetap bernyala”. Kita bisa memaknainya sebagai sebuah pesan supaya langkah kita tetap teguh dan semangat terus bernyala untuk menjaga persaudaraan di antara kita dan untuk menghadirkan rekonsiliasi bagi mereka yang berseteru. Kita diundang menjadi pelayan-pelayan rekonsiliasi, bukan hanya di dalam Gereja, melainkan juga di mana pun kita berada. Akhir-akhir ini banyak kekhawatiran tentang persatuan bangsa. Kiranya dalam situasi ini pula kita bisa berperan untuk menjadi pelayan rekonsiliasi.
Tuhan Yesus, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu yang penuh cinta dan senantiasa memperjuangkan rekonsiliasi dan persaudaraan. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.