ALAH satu rencana Tuhan atas kita manusia adalah agar kita mengalami keselamatan yakni, bersatu dengan Tuhan dalam hidup abadi di Surga. Inilah yang Tuhan janjikan kepada mereka yang mengikuti-Nya. Salah satu penghalang terbesar dalam usaha untuk masuk ke dalam surga adalah harta. Harta menjadi penghalang, ketika kita melekat padanya dan kita menggantungkan harapan padanya dan bukan pada Tuhan. Harta memiliki kita dan bukan kita yang mengaturnya. Jika ini yang terjadi, maka kita akan sulit untuk mengikuti Tuhan. Memiliki harta dan menjadi kaya bukanlah suatu hal yang tidak baik. Justru seharusnya mereka yang kaya lebih mudah untuk memeroleh keselamatan , karena dengan kekayaan yang diperoleh dapat mengikuti berbagai seminar dan pendidikan, sehingga dengan demikian makin paham akan imannya dan mengerti apa yang paling penting dalam hidup ini, kemudian menghidupinya dalam hidup dengan menjadi pribadi yang baik. Seorang beriman perlu mempergunakan kekayaan sebagai sarana dan bukan tujuan hidup.
Antoni de Stefano dalam bukunya yang berjudul: “A travel guide to life” menulis demikian; “Bangunlah dari tidur! Dunia ini mengajarkan tujuan hidup yang semu.” Berbagai tulisan, artikel, buku, surat kabar, dll, memuat tentang bagaimana bahagia. Banyak orang mengejarnya seolah bahagia itu ada di suatu tempat dan kita harus ke sana dan mengambilnya, lalu menjadi milik. Tidaklah demikian. Kebahagiaan sejati ada di dalam Tuhan, sebagaimana St. Agustinus berkata: “Jiwaku tidak tenang sampai beristirahat dalam Tuhan”. Semoga kita tahu apa yang menjadi tujuan sejati hidup ini.
Tuhan Yesus, berkatilah aku agar mengusahakan Kerajaan Allah sebagai tujuan utama hidup ini; baik di dalam keluarga, komunitas, Gereja dan masyarakat. Amin.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.