DALAH hal yang lumrah dan sopan, serta sehat, bila mencuci tangan sebelum makan. Tindakan sedemikian diajarkan turun temurun sebagai sikap santun dan peduli kesehatan. Kebiasaan manusiawi ini dikaitkan Yesus dalam pengajaran akan tindak kejujuran dan ketulusan. Kecaman yang dikemukakan-Nya menujukkan betapa sering manusia memoles sikap, hidup, dan tindakannya hanya karena aturan, gaya, ikut-ikutan, martabat ataupun keuntungan diri. Dalam keseharian terungkap dengan istilah “hanya casing-nya saja”. Yesus mengecam sikap demikian. Sikap hidup dan perbuatan hendaknya selaras dengan hati (bdk. Luk.11:39).

Rasul Paulus dengan tegas kembali mengajarkan bahwa “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rm. 1:16). Injil menuntun orang kepada iman dan keselamatan, Mengatakan diri beriman berarti kita mesti hidup sesuai dengan iman. Iman bukan sekadar wacana verbal dalam diskusi dan argumen logis (bdk. Rm 1:21). Iman mesti menyata dalam tindakan hidup dan perbuatan yang sesuai kehendak serta kebenaran Ilahi.

Sejauh manakah kita telah menghidupi iman secara sunggguh? Niat apa yang hendak kita lakukan agar iman smakin teguh?

 Yesus yang baik, ajarilah aku untuk mewujudnyatakan imanku akan Dikau dalam hidup dan tindakan sehari-hari. Amin.

Renungan Harian ini diambil dari Buku “Ziarah Batin 2017”, Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta.

Kredit Foto     : Ilustrasi (Ist)