RAGI KAUM FARISI DAN HERODES
Markus 8: 14-21
RAGI BERMANFAAT untuk membuat roti jadi lembut. Karena itu, ragi sebenarnya adalah bahan yang amat berguna. Tetapi dalam perikop ini Yesus mengingatkan murid-muridnya: “berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Apakah makna ragi di sini? Para murid kelihatannya memahami ragi secara harafiah, karena itu mereka berbincang satu sama lain: “itu dikatakannya karena kita tidak mempunyai roti”. Kebetulan waktu itu, mereka berada dalam perahu dan hanya satu roti yang mereka bawa. Tetapi Yesus yang mengetahui ketidak-pahaman mereka mengecam para muridnya: “mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga dan tidakkah kamu mendengar?” Bila dalam perikop sebelumnya, Yesus kesal dengan kaum Farisi yang meminta tanda, sekarang Yesus kesal pula dengan para muridnya yang belum mengerti juga.
Penginjil Markus tidak menjelaskan secara langsung makna kiasan ragi yang dimaksudkan Yesus dalam perikop ini. Dalam teks paralelnya menurut Penginjil Matius, yang dimaksudkan ragi orang Farisi dan ragi orang Saduki adalah ajaran mereka yang mulai mempengaruhi pengikut-pengikut Yesus. Kiranya di sini pun, ketika Yesus mengingatkan murid-muridNya akan ragi orang Farisi dan ragi Herodes, tentu dimaksudkan pula ajaran atau mentalitas orang Farisi dan Herodes yang sadar atau tidak sadar ada pula dalam diri para muridNya. Para murid Yesus masih mirip dengan kaum Farisi dan Herodes berhadapan dengan Yesus sebagai Mesias. Mereka sama-sama memiliki kedegilan hati. Bila kedegilan hati kaum Farisi dan Herodes adalah tidak menerima bahwa Yesus itu Mesias, kedegilan hati para Murid adalah lamban memahami dan mengimani Yesus sebagai Mesias, Anak Allah. Para murid memang sudah lebih baik dari kaum Farisi dan Herodes, karena mereka tidak memiliki maksud jahat terhadap Yesus. Para murid adalah orang-orang baik, hanya hati mereka lamban percaya. Iman mereka belum total pada Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat.
Karena itu, Yesus dengan mengajukan sejumlah pertanyaan retoris, mengingatkan para murid akan mujizat-mujizatNya terutama dua kali peristiwa Yesus mengadakan perbanyakan roti. Setelah itu Yesus mengatakan: “masihkah kamu belum mengerti?” Dengan itu, Yesus mau mengatakan kepada mereka, “berhentilah berbincang tentang roti, tetapi berimanlah sekarang”.
Dalam hidup beriman kita dewasa ini pun, seringkali kita keliru memahami Tuhan dan tidak mampu mengimaniNya sebagaimana mestinya. Ragi kaum Farisi dan Herodes yaitu ketidak-berimanan secara total pada Tuhan masih pula mengontaminasi hidup kita. Kita lupa akan banyak pengalaman rahmat dan berkat berlimpah dari Tuhan, yang terselubung dalam keseharian kita. Kita terkadang gagal menyingkapkan rahmat berlimpah itu karena sedemikian bersifat sehari-hari. Pernahkah kita sadari rahmat Tuhan dan bersyukur kepadaNya setiap kali menerima gaji bulanan yang dapat menghidupi keluarga kita sebulan? Bersyukurkah kita atas udara ciptaan Tuhan yang kita hirup setiap saat? Padahal tanpa udara itu, kita akan segera mati lemas. Dan masih banyak contoh lain tentang kebaikan Tuhan yang mudah kita lupakan.
Ketidak-mampuan kita memahami rencana baik Allah dan kelimpahan kasihNya bagi hidup kita, itulah yang membuat kita sering tergoda memprotes Tuhan ketika kita mengalami suatu kesulitan hidup atau musibah. Kita lalu lebih banyak diliputi kecemasan dan ketidak-percayaan karena kita tidak ingat akan kelimpahan kebaikan Tuhan yang telah kita alami. Demikian pun dalam pengalaman berdosa, kita tergoda untuk menjadi frustrasi lalu semakin menjauh dari Tuhan. Padahal Tuhan sedang mengharapkan kapan kita kembali berdamai denganNya. Kita lupa akan kerahimanNya, dan keliru memahami diriNya sebagai Bapak yang maha pengampun.
Foto: Ragi Kaum Farisi dan Herodes, ilustrasi dari anissasadventures.wordpress.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.