ANUSIA seringkali menolak Allah. Kita tidak percaya pada-Nya dan menutup mata iman terhadap kehadiran dan karya Allah dalam hidup. Bahkan ketika Tuhan memberikan teguran melalui orang-orang pilihan-Nya, kita acapkali tak menerima teguran itu. Itulah yang terjadi dengan orang Israel yang menolak Yesus Kristus Sang Mesias.. Mereka bahkan membunuh-Nya. Kita pun sering kali menolak anugerah Tuhan. Kita menjadi orang yang kurang percaya, yang selalu meminta tanda untuk percaya. Yesus sendiri sebenarnya sudah memberi tanda itu, Ia adalah Sang Roti Hidup yang akan memberikan kekenyangan Rohani bagi kita. Yesus memberikan diri-Nya sebagai makanan yang memberi kekuatan pada jiwa kita.
Dalam rupa roti dan anggur, Ia memberikan tubuh dan darah-Nya sebagai makanan dan minuman rohani. Pemberian diri Yesus ini sering kita “tolak” ketika kita merayakan Ekaristi. “Penolakan” itu mewujud dalam ketidaksungguhan dalam mempersembahkan Ekaristi. Kita merayakannya hanya sebagai formalitas seorang Katolik belaka. Kita mengabaikan Kristus yang hadir secara nyata di sana. Kita masih sibuk dengan pemikiran sendiri; memikirkankan “makanan-makanan jasmani”. Kita terbawa dalam lamunan atau sibuk memainkan mobilephone, bahkan tertidur dalam perayaan.
Marilah kita mengimani dan mengamini bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh makanan bagi jiwa kita. Kita arahkan seluruh hati dan pikiran, jiwa dan raga untuk menyambut-Nya.
Tuhan Yesus, Engkau adalah roti yang turun dari surge. Engkaulah Yang Kudus dari Allah. Engkau datang untuk menemuiku dalam Ekaristi. Kuatkanlah aku supaya senantiasa menyambut-Mu dengan segenap jiwa dan ragaku. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.