UNGKIN kita akan terkejut bila menyadari bahwa garam sungguh-sungguh bisa menjadi tawar. Apabila sesuatu di dunia ini bisa kehilangan sifatnya yang alami, demikian pula kehidupan iman kita bisa kehilangan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Yesus melukiskan hilangnya pengaruh kesaksian iman kita itu dengan ungkapan “garam yang menjadi tawar” dan “pelita yang diletakkan di bawah gantang” (mat. 5:13-15). Kesaksian iman memang dimaksud untuk memengaruhi dan membawa perubahan pada dunia, dan bukan semata-mata kesenangan pribadi demi menambah kesalehan diri. Ungkapan iman kita yang paling pertama dikenal dan dialami oleh orang lain ialah tindakan atau laku hidup. Iman nabi Elia akan penyelenggaraan Ilahi amatlah teguh. Dengan itu, ia dapat mendatangkan keselamatan kepada seorang janda di Sarfat bersama anaknya (bdk. 1Raj. 17:15-16). Dengan kata lain, iman bukanlah perkara semata-mata mencari keselamatan diri sendiri, tetapi mengusahakan keselamatan orang lain. Menjadi saksi-Nya berarti membiarkan diri dipakai Tuhan untuk menyelamatkan sesama.
Apakah kehadiran kita di tengah masyarakat membawa pengaruh yang baik? Para murid Kristus di dunia ini tidak boleh kehilangan coraknya sebagai pembawa terang, sehingga lewat perbuatan-perbuatan iman mereka orang lain akan memuliakan Bapa di surga.
Tuhan Yesus Kristus, tunjukkanlah keadaan-keadaan yang memanggilku untuk bertindak karena imanku. Semoga aku tidak pernah ragu-ragu menebarkan terang-Mu kepada sesama. Amin.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.