Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian: Selasa, 10 November 2015

Renungan Harian: Selasa, 10 November 2015

Wajah Yang Lain, junkun.blog.com

Peringatan Wajib St. Leo Agung

Bac. I: Keb. 2:23-3:9

Bac. Injil: Luk. 17:7-10

 Jejak Ilahi

Filsuf Emmanuel Levinas pernah menulis kata-kata seperti ini,  ” di dalam diri sesama kita sesungguhnya terdapat jejak-jejak Ilahi. Ketika kita melihat wajah sesama kita sesungguhnya kita sedang  berhadapan dengan Yang Ilahi itu sendiri,”.  Ada ‘penampakan wajah Ilahi’ melalui kehadiran orang lain. Implikasinya, kita diminta untuk bertanggung jawab terhadap ia yang berhadapan dengan kita saat itu.

Apa yang dikisahkan dalam bacaan Injil pada hari ini tentang relasi hamba dan tuan adalah sebuah renungan yang mendalam bagi kita, para murid Kristus. Sebagai murid Kristus seharusnya ada pengaruh yang terjadi dalam hidup kita yakni memiliki kehendak untuk menyelaraskan hidup seturut pribadi Yesus. Hidup Yesus yang dipenuhi cinta kasih merupakan bingkai dasar yang hendak kita miliki dan tentunya diharapkan dapat merasuk dalam hidup keseharian kita. Suasana persaudaraan dan kebersamaan akan tercipta dalam kehidupan kita apabila semua orang hidup dalam kasih, pikiran, hati, perkataan dan perbuatannya sungguh dijiwai dan digerakkan oleh kasih Yesus sendiri. Orang yang sungguh mengasihi sesamanya akan selalu mengupayakan kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan sesama. Sebab, hakikat dari kasih yang sejati adalah pemberian diri; pengurbanan.

Lawan dari kasih bukanlah kebencian, tetapi egoisme dan cinta diri yang berlebihan.  Sebagai murid-murid Yesus, kita ditantang untuk hidup dalam kasih sebagaimana dicontohkan oleh Yesus sendiri. Yesus yang mencintai dan menghasihi kita secara  total dan radikal. Wujud dari kasih kita dapat berupa ungkapan kata-kata yang menyejukkan dan membangkitkan semangat dan daya hidup, kasih yang menggerakkan kita untuk meringankan beban sesama, memberikan penghiburan kepada sesama yang sedang dirundung duka, membangkitkan harapan kepada orang yang sedang putus asa, memberi pencerahan kepada orang yang sedang menemui jalan buntu, memberi pengampunan kepada orang yang bersalah kepada kita, membebaskan orang yang sedang terbelenggu oleh beban hidup dan beban sejarah masa lalunya.

Pesan Injil hari ini sungguh sangat jelas. Sejauhmana mana kita menempatkan orang-orang yang mungkin terlihat kecil secara strata sosial-ekonomi di hadapan diri kita dan sesama di sekitar kita. Mungkin saja mereka itu adalah orang-orang yang sehari-harinya akrab dan bergaul dengan kita tapi kita tak sadar seringkali berpikir dan menempatkan mereka pada tingkat di bawah kita. Kita merasa superior sedangkan mereka adalah kaum inferior karena kita merasa telah mampu membayar mereka. Maka tak jarang pula kita mendengar atau bahkan mungkin menyaksikan sendiri fenomena kesewenang-wenangan yang dilakukan para majikan terhadap asisten rumah tangga atau pemilik modal dengan para buruhnya.

Injil hari ini begitu relevan, nyata, dan konkret. Pertanyaannya bagi kita, bagaimana aku memperlakukan orang-orang demikian dalam hidup keseharianku di rumah, sekolah, kampus, atau kantorku? Apakah aku menemukan jejak Yang Ilahi ketika berhadapan dengan mereka? Atau aku tak ubahnya dengan Sang Tuan yang merasa harus selalu dilayani karena aku merasa telah mampu membayar mereka? *** (Fr. Nanang)

 

Kredit Foto:Wajah Yang Lain, junkun.blog.com