ERPANDANGAN dan bersikap positif bukanlah suatu hal yang gampang dilakukan. Manusia cenderung mencobai orang lain dalam banyak soal, bahkan dalam pembicaraan seputar iman. Itulah yang dilakukan oleh orang Farisi dan Herodian dalam kisah Injil hari ini. Mereka hendak mencobai Yesus. Namun, Yesus mengetahui isi hati mereka. Bagi Dia, mereka jauh dari kebenaran iman yang sejati. Iman tidak bisa dijadikan bahan berpolemik, seakan-akan orang-orang beriman pun dapat terseret pada kesesatan karena menyangka bahwa kehidupan beriman melepaskannya dari tanggung jawab sosial. Itulah sebabnya beriman mesti tetap membuka mata terjadap hukum dan aturan sosial, tanpa kehilangan pegangan yang teguh. Itulah syarat agar kita dapat “bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan” (2 Ptr. 3:17-18).
Kita perlu menempatkan persoalan dalam hidup pada tempat dan konteks yang tepat. Jangan sampai kebenaran-kebenaran iman sekadar dipertentangkan dengan tanggung jawab sosial. Sebaliknya, ajaran Kristus mesti menginspirasi kita untuk dapat menemukan hal-hal positif yang juga ada dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Tuhan Yesus Kristus, semoga ajaran-Mu yang selalu mengutamakan kesejathteraan hidup manusia menginspirasi aku untuk lebih muda mengenali dan mendukung kehendak-Mu yang menyelamatkan semua orang. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.