Mat 9:32 Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan.
Mat 9:33 Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.”
Mat 9:34 Tetapi orang Farisi berkata: “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.”
Mat 9:35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Mat 9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
Mat 9:37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
Mat 9:38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
Renungan
Hosea dipanggil Tuhan untuk mengingatkan Israel agar segera bertobat. Tuhan memanggil para nabi, rasul dan para pengajar, dan kita menjadi pengingat-pengingat agar pendosa bertobat. Tetapi, sedikit saja orang yang mau menjawab-Nya. “Tuaian memang banyak, tetapi pekerjanya sedikit”, kata Yesus. Karena itu, “mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”. Doa ini tidak hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk diri sendiri sebab kita sendiri pun dipanggil menjadi pekerja-Nya.
Gereja membutuhkan pewarta-pewarta masa kini. Dulu kita pikir ini tugas para misionaris. Kita sadari, setiap murid Yesus dipanggil menjadi misionaris. Bukan menjadi misionaris ke luar negeri, tetapi dalam lingkungan hidup sendiri: di dalam keluarga, tempat kerja dan masyarakat sekitar kita. Kursus evangelisasi pribadi (KEP) yang diadakan di berbagai paroki dan kelompok kategorial kiranya dapat membantu kesadaran kita akan panggilan ini.
Dalam Evangeli Nuntiadi, Paus Paulus VI menyebutkan setiap murid Yesus adalah evangelizer, pewarta Injil. Menjadi pewarta Injil berarti memberikan kesaksian hidup yang baik. Kesaksian itu harus dari diri kita sendiri, yang gembira dipanggil Tuhan. Itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam Evangeli Gaudium. Tanpa kegembiraan hidup sendiri, Injil yang kita wartakan adalah palsu, sebab Injil itu adalah Kabar Gembira. Gembirakah kita sekarang sebagai pengikut Kristus?
Ya Tuhan, semoga aku gembira karena telah ditebus oleh-Mu. Dan semoga aku juga mau menjadi saksi kegembiraan imanku, Amin.
======
Sumber: Ziarah Batin 2016
Kredit Foto: karyadim642.blogspot.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.