ering kita tak sabar dan tak mampu melihat janji Tuhan, karena terlalu lekat dengan urusan dunia sehari – hari. Bangsa Israel yang dipimpin Musa ke Tanah Terjanji bosan dengan makanan hambar yang diberikan Tuhan, walapun mereka hidup sehat dengan makanan itu. Padahal sebenarnya Tuhan ingin memurnikan mereka agar sebagai umat-Nya yang setia mereka dapat memasuki Tanah Terjanji itu. Nafsu mereka untuk makan dan hidup enak membuat mereka tak lagi ingat akan Tanah Terjanji.

Begitu juga dengan kita, cita-cita kita untuk memupuk hidup rohani sering kali tinggal cita-cita, karena kita lebih suka disibukkan dengan urusan duniawi sehari – hari. Dan tanpa sungguh – sungguh menjalani hidup rohani, kita tak mungkin menerima Tuhan  Yesus sepenuhnya “Kamu berasal dari bawah. Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.” Sebagai pengikut Kristus kita percaya bahwa seperti Kristus kita juga bukan dari dunia ini (Yoh.17;16). Namun, kepercayaan ini mesti kita wujudkan dan hayati dalam hidup kita sehari – hari.

Jika tidak,  kita akan tertarik ke bawah dan hidup seperti orang-orang dunia ini. Yesus dengan keras mengingatkan “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu, sebab jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalamdosamu.“

Inilah tantangan Yesus bagi kita di masa Prapaskah ini. Kalau kita mau benar-benar bangkit bersama Dia. Kita harus  berani bermatiraga untuk mengambil jarak dari dunia ini agar dapat benar- benar masuk dalam doa, dalam relasi yang semakin dalam, semakin bersatu dengan Yesus , karena Dia telah turun ke dunia untuk bersatu dengan kita. Tanpa bertekun dalam matiraga, mustahil kita dapat lepas dari keterlekatan duniawi, mustahil kita dapat mengikuti Tuhan Yesus seutuhnya.

Ya Tuhan, aku percaya kepada-Mu. Semoga dalam masa Prapaskah ini aku sanggup bermati raga dan semakin dekat dengan Dikau dalam doa dan karya amal kasihku. Amin.

Kredit Foto:  Ilustrasi (Ist)