MAT 5:1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
Mat 5:2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
Mat 5:3 “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Mat 5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Mat 5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Mat 5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Mat 5:7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Mat 5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Mat 5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Mat 5:10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Mat 5:11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Mat 5:12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”
Renungan
Setiap orang Nasrani dipanggil kepada kekudusan. Melalui Sakramen Baptis, panggilan itu semakin dikukuhkan untuk perutusan dan kesaksian hidup di tengah dunia. Warta dan kesaksian iman itu menuntut kesetiaan tanpa akhir. Kesetiaan beriman menghantar orang kepada kebahagiaan dan keselamatan kekal.
Yesus memberikan peneguhan dalam memperjuangkan iman di tengah ragam persoalan dan tantangan yang dihadapi. Keteguhan iman itu bukan sekedar percaya saja, melainkan siap sedia mengurbankan diri dan hidup demi iman dan kebenaran. Segala konsekuensi yang dihadapi karena iman akan membawa orang kepada kebahagiaan yang dijanjikan Tuhan bila setia sampai akhir. Sabda Bahagia yang dikemukakan Yesus memberikan kekuatan dan peneguhan untuk berani dan setia kepada-Nya dalam segala tantangan.
Pengharapan demikian telah menguatkan orang-orang kudus hingga akhir hidup mereka. Kesetiaan dalam kesaksian hidup dan iman membuat mereka layak mendapatkan kebahagiaan karena telah dicuci dalam darah Kristus, Sang Anak Domba ( bdk.Why.7:14). Kesetiaan dan keteguhan mereka kiranya menjadi keteladanan hidup beriman kita. Bila setia dan teguh beriman hingga akhir, kita pun akan mendapatkan kebahagiaan kekal sebagai anak-anak Allah (bdk.1Yoh.3:11)
Tuhan Yesus, tidak mudah untuk setia beriman kepada-Mu. Kuatkanlah bila aku rapuh dan teguhkanlah imanku tatkala dilanda kegoncangan. Amin.
=============
Sumber: Ziarah Batin 2016
Kredit Foto:Paroki Santo Yohanes Paulus II
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.