Taking an autumn stroll filled with fallen leaves from sugar maples in Northern Minnesota.

ETIAP niat selalu harus diuji dalam kesetiaan untuk menaati apa yang telah dijanjikan. Bangsa Israel sampai dua kali mengucapkan anji, “Segala firman yang telah diucapkan Tuhan itu, akan kami lakukan” (Kel. 24:3.7). Perkataan itu oleh Musa diikat dengan darah korban sebagai lambang pernjanjian dengan Tuhan. Akan tetapi, semua itu harus diuji dalam kesetiaan. Ketika menggambarkan Kerjaan Surga, Yesus mengisahkan perumpamaan tentang benih gandum dan lalang, Tuhan hanya menaburkan benih yang baik, tetapi benih lalang ditaburkan oleh musuh di sela-sela gandum di ladang (bdk. Mat. 13:25-27). Ada hal-hal di dunia ini yang mengganggu dan menghambat pertumbuhan iman murid-murid Kristus. Tuhan mengutus para mudir-Nya ke tengah dunia yang tidak selalu menyambut mereka dengan sikap yang bersahabat. Benih-benih ketidaksetiaan mungkin tumbuh bersama dengan benih-benih yang baik.

Dalam perjalanan iman kita, baik di keluarga maupun di tengah masyrakat, dogaan untuk tidak setia selalu muncul pada suatu saat, Kita masih melihat ada perselingkuhan dan pengkhianatan dilakukan, bahkan kadang-kadang oleh saudara yang seiman; ada praktik korupsi, perjudian,, ketidakjujuran, dsb. Diperlukan keteguhan hati bahwa melalui pembaptisan yang telah kita terima, Tuhan telah berjanji mengasihi dan membahagiakan kita. Kita pun mau setia pada perjanjian itu, karena Ia selalu setia.

Tuhan Yesus, teladan kesetiaan, kasih-Mu senantiasa cukup bagi mereka yang tinggal dekat pada-Mu. Semoga aku pun dapat menjadi teladan kesetiaan bagi saudara-saudaraku dalam perjalanan iman di dunia ini. Amin.

Sumber: Ziarah Batin 2017

Kredit Foto: Jalan kesetiaan/WordPress.com