Ilustrasi: Kebijaksanaan pemimpin, www.fokal.info

Bacaan I: 2Kor.4:7-15,Bacaan Injil: Mat.20:20-28

MAT 20:20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.

Mat 20:21 Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.”

Mat 20:22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.”

Mat 20:23 Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.”

Mat 20:24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.

Mat 20:25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

Mat 20:26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
Mat 20:27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
Mat 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Renungan

Permintaan yang diutarakan ibu Yakobus dan Yohanes dalam kisah Injil tadi adalah permintaan yang sangat manusiawi.  Dari kodratnya, setiap manusia senantiasa memiliki keinginan untuk menjadi lebih dihargai dan lebih dihormati daripada orang lain, karena itu dapat dipahami, bahwa seseorang akan menjadi sangat marah bila dia diremehkan atau dianggap sepele oleh sesamanya.

Kemarahan murid-murid yang lain kepada Yohanes dan Yakobus yang telah terus terang meminta hak istimewa dari Yesus, dalam arti tertentu juga adalah kemarahan yang timbul dari perasaan dianggap remeh atau disepelekan.  Dalam rumusan yang agak lain, kemarahan itu bisa dibahasakan sebagai berikut: Apa sih istimewanya kamu sampai-sampai berani  minta tempat yang istimewa dalam kerajaan Yesus? Apakah kami yang lain tidak layak untuk itu? Toh, kita sama-sama murid-Nya.  Mengapa kami saja yang minta?

Namun yang menarik adalah reaksi Yesus. Ketika semua murid yang lain ramai-ramai memarahi Yakobus dan Yohanes, Ia memanggil mereka semua dan mulai mengajarkan mereka suatu pesan penting, yakni agar mereka tidak mengandalkan kuasa dan tangan besi ketika mejadi pemimpin. Pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang senang main kuasa dan selalu unjuk kekuatan di hadapan rakyatnya. Untuk menjkadi pemimpin yang baik, seseorang harus menjadi pelayan dan hamba dari semua. Pemimpin yang baik tidak menuntut hak istimewa, dan tidak meminta diperlakukan lebih terhormat dari yang lain. Sebaliknya ia harus menjadi yang terkecil, yang terpinggikan, dan yang bersedia melayani dan mengabdi kepada semua orang tanpa pandang bulu. bagaimana dengan kita sendiri?

Tuhan, mampukan aku untuk menjadi pemimpin yang jujur, adil, dan melayani. Amin.

Sumber : Ziarah Batin 2015

Ilustrasi: Kebijaksanaan pemimpin, www.fokal.info