anyak salah kaprah yang mengatakan bahwa malam ini kita belum mengenang kebangkitan Tuhan, kita berjaga (vigili) untuk menyongsong kebangkitan-Nya pada Minggu pagi. Ini tentu sama sekali tidak benar. Yesus wafat Jumat siang (hari pertama), Jumat malam sudah hari kedua, dan Ia bangkit pada hari ketiga yang dimulai setelah senja hari sabtu, — perhitungan kalender Yahudi seperti kebanyakan kalender Timur dimulai dengan terbitnya bulan, bukan terbitnya matahari.
Malam Paskah adalah perayaan terbesar iman kita. Tradisi Gereja berjaga semalam suntuk dengan penuh syukur dan sukacita mengenang karya penciptaan dan penyelamatan Tuhan dengan berbagai bacaan Kitab Suci.
Kita bersukacita karena kebangkitan Kristus adalah Terang bagi dunia yang kita nyatakan dengan upacara cahaya Lilin Paskah. Cahaya suci malamini mengusir kedurhakaan, membersihkan orang berdosa, mengembalikan kesucian kepada yang jatuh, menghibur yang berdukacita. Karena itulah seturut tradisi malam Paskah juga menjadi saat pembaptisan dan pembaruan janji baptis yang didahului Litani para kudus.
Paskah senantiasa mengajak kita untuk membuka lembaran baru bagi hidup kita. Walaupun selama ini seperti para murid yang tercerai berai kita meninggalkan Yesus. Dia tidak mendendam. Bahkan Dia menyebut kita murid – murid-Nya saudara – saudara-Ku. “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara – saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galelia, dan disanalah mereka akan melihat Aku.” Bila seperti para murid, kita selama ini belum sungguh mengerti iman kita akan Yesus, kebangkitan-Nya kiranya membuka mata iman kita. Kita diajak kembali pada hidup kita sehari-hari (Galilea kita), namun kini dalam kebersamaan dengan Dia yang hidup dan berkarya bersama kita.
Syukur kepada Allah atas karya agung-Nya pada malam kebangkitan ini. Cahaya kebangkitan Tuhan menyinari seluruh diriku hingga aku menjadi baru kembali. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2017
Kredit Foto: Terang Lilin Paskah/etalase foto berita – blogger
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.