Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian: Sabtu, 14 Maret 2015

Renungan Harian: Sabtu, 14 Maret 2015

0
Renungan Harian: Sabtu, 14 Maret 2015
Ilustrasi: Kerendahan hati - speculationsanjeev.wordpress.com

Luk. 8: 9 – 14.

KESOMBONGAN VERSUS KERENDAHAN HATI

PERNAH DICERITERAKAN bahwa pada suatu hari seorang ibu datang menemui seorang pastor yang sedang beristirahat pada salah satu pondok di tepi pantai.  Ibu itu datang membawa serta segenggam pasir yang masih basah. Kepada pastor itu dia berkata: “Pastor, lihatlah! Ini adalah dosa-dosa saya”, sambil menunjukkan genggaman pasir itu.  “Dosa saya terlampau banyak  sebanyak pasir ini dan saya tidak mampu menghitungnya”, lanjut ibu itu. “Baiklah”, jawab pastor itu. “Sekarang bawalah pasir dalam genggamanmu itu dan tumpukkan di bibir pantai. Perhatikan bagaimana ombak akan menyapu pasir itu ke laut.” Ibu itu menuruti hasehat pastor tersebut. Ia mengembalikan tumpukan pasir itu ke bibir pantai. Tiba-tiba ombak menyapu pasir itu dan membawanya ke laut. Lalu kata pastor itu kepada sang ibu: “Lihatlah! Kasih Allah itu seperti ombak. Dia menyapu bersih semua kesalahan dan dosa yang telah kau perbuat.”

Dalam Injil hari ini Yesus menunjukkan belaskasih Allah kepada orang-orang berdosa yang dengan rendah hati mengakui kesalahan mereka dengan menceriterakan sebuah perumpamaan tentang dua orang yang datang ke bait Allah untuk berdoa. Yang seorang adalah orang Farisi  dan yang lainnya adalah seorang pemungut cukai. Orang Farisi itu berdoa kepada Allah sambil memuji diri bahwa dia telah melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Allah. Sementara itu si pemungut cukai tidak berani mengangkat muka karena malu dan hanya bisa menepuk dada sambil beerkata, “Ya Allah kasihanilah aku orang berdosa ini.” (Luk 18:13b).

Yesus tidak memuji orang Farisi yang telah melakukan semua perintah Allah itu. Sebaliknya Dia memuji si pemungut cukai yang dengan rendah hati mengakui kesalahannya di hadapan Allah. Hal ini tentu saja mengejutkan para pendengar-Nya. Betapa tidak, orang Farisi yang diceriterakan di dalam tadi bukanlah orang yang berpura-pura baik melainkan orang yang sungguh-sungguh melaksakanakan perintah-perintah Allah sebagaimana terungkap dalam doanya. Ia bahkan bersyukur kepada Tuhan karena diberi kemampuan untuk melakukan keutamaan-keutamaan itu.

Demikianpun halnya ketika Yesus memuji pemungut cukai. Pemungut biasanya dikenal karena reputasi mereka yang buruk sebagai pemeras rakyat. Bagaimana hal itu mereka lakukan? Penagihan pajak pada masa itu diperlakukan  sebagai semacam perusahan pribadi. Setelah membayar pajak kepada Pemerintahan Romawi sesuai dengan kontrak, maka para petugas pajak boleh menagih pajak berapa pun besarnya dari para wajib pajak. Mereka bisa menagih dalam jumlah yang sangat besar. Tidaklah mengherankan kalau para pemungut cukai dianggap sebagai musuh nomor satu dari rakyat. Anehnya, Yesus malah memuji pemungut cukai. “Aku berkata kepadamu: Orang itu pulang ke rumah sebagai orang yang dibenarkan Allah  dan orang lain itu tidak” (Luk 18:14a).

Mengapa Yesus memuji si pemungut cukai dan mencela orang Farisi. Orang Farisi itu dicela bukan karena keutamaan-keutamaan yang dilakukannya melainkan karena keangkuhannya. Melalui doanya itu dia telah menunjukkan jasanya kepada Allah dan seolah-olah menuntut balas jasa kepada Allah. Dengan demikian dia percaya bukan kepada Allah melainkan kepada kemampuannya sendiri yakni jasa-jasanya. Sebaliknya pemungut cuka itu dipuji bukan karena kecurangannya dalam menagih pajak melainkan karena sikapnya terhadap Allah. Dia tahu bahwa dia jahat. Satu-satunya harapan yang bisa menyelamatkannya adalah belaskasih Allah. Karena itu dia pulang ke rumah sebagai orang yang benar di hadapan Allah.

Injil hari ini sekali lagi menyadarkan kita bahwa Allah orang Kristen adalah Allah yang penuh belaskasih dan panjang sabar. Dia selalu mau mengampuni dan mau menerima kembali orang-orang yang dengan rendah hati mengakui kelemahan-kelemahan mereka dan mengharapkan belaskasih-Nya. Tentu saja hal ini merupakan    suatu kabar gembira bagi orang-orang yang dengan jujur mau mengakui kelemahan-kelemahannya di hadapan Tuhan teristimewa selama masa prapaska ini.Tuhan ampunilah kami orang yang berdosa ini. Tuhan memberkati!

 

Credit Foto: Kerendahan hati – speculationsanjeev.wordpress.com