eorang sahabat pernah bercerita tentang seorang yang meninggalkan imannya akan Kristus dan pindah ke agama lain. Yang menjadi alasan katanya karena ajaran Katolik itu sangat sulit dicerna. Apakah memang Tuhan Yesus itu benar-benar ada atau tidak? Kalau ada, mengapa begitu sulit untuk memahaminya. Masih ada deretan penjang pertanyaan tentang hakekat pribadi Yesus yang membingungkan. Karena itu, lebih baik aku pindah agama, dimana ajarannya mudah dimengerti. Beberapa tahun kemudian, orang itu balik mengimani Yesus lagi. Katanya, dulu aku terlalu sering belajar dan berdiskusi tentang siapa Tuhan Yesus, tetapi aku kurang belajar pada Yesus dan berdiskusi dengan-Nya.
Para murid Yesus pun cukup sering kecewa dengan Yesus; dengan kata-katanya yang kadang pedas dan sulit dipahami: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkanya?” (Yoh.6:60 ),” mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi megnikuti Dia.” (Yoh.6:66). Mereka tampaknya belum mampu menyingkapkan misteri diri Yesus. Mata dan telinga mereka hanya melihat dan mendengar perkataan dan tindakan Yesus secara lurus, tetapi belum mampu melihat dan memahami makna di balik kata- kata dan peristiwa yang terjadi. Iman kita pun kadang diwarnai oleh kekecewaan sepertiini manakala kita merasa Yesus tidak kunjung mengabulkan permohonan kita. Cara yang seperti ini tidak seutuhnya baik dan benar karena kita terlihat memaksa Tuhan untuk mengabulkan permohonan kita. Alangkah lebih baik apabila kita juga mendengar dalam hati apa yang direncanakan oleh Tuhan kepada kita, tidak melulu memaksa Tuhan untuk mengikuti rencana kita.
Tuhan Yesus, arahkanlah segala hasrat dan keinginan manusiawiku supaya selalu selaras dengan angan-Mu. Jangan biarkan aku menjadi orang yang suka menuntut pada-Mu. Amin.
Kredit Foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.