ANTO Paulus menyampaikan seruan tegas: “Jangan kamu merasa pandai!” (Rm. 11:25). Seruan ini berkaitan dengan situasi orang Israel yang merasa sebagai kaum pilihan. Karena status itu, mereka mempunyai derajat lebih tinggi daripada bangsa lain. Mereka meyakini pula bahwa hidup mereka lebih unggul dari bangsa lainnya.
Aroganis bukan hanya persoalan orang Israel. Kenyataannya, merasa lebih tinggi dan terhormat itu “kesukaan alamiah” manusia. Termasuk kita, mungkin. Inilah pula yang dibicarakan Yesus dalam Injil. Dengan sederhana, Yesus mengingatkan bahwa “di atas langit masih ada langit”. Ia tidak hanya berbicara tentang kenyataan bahwa selalu ada orang yang lebih pandai atau hebat daripada kita. Lebih dari itu, Ia ingin kita menyadari kehadiran Allah yang melebihi segala sesuatu. Dia pulalah yang memberikan semua kehebatan yang kita miliki.
Allah sesungguhnya menjadi standar atau ukuran kehormatan bagi kita. Bukan seberapa hebat kita, melainkan hati dan ketaatan kepada-Nya yang menjadi pangkal kehormatan Allah akan memuliakan mereka yang berkenan kepada-Nya, sebagaimana Ia telah memuliakan Yesus Kristus. Bersikaplah rendah hati, demikian ditandaskan Yesus: “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Luk. 14:11).
Tuhan Yesus, ajarilah aku menjadi rendah hati dan taat kepada kehendak Allah. Amin.
Renungan Harian ini diambil dari Buku “Ziarah Batin 2017”, Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta
Kredit Foto :
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.