JIKALAU seseorang berkata, “tidak tahu”, benarkah ia sungguh-sungguh tidak tahu? Kita sulit menyelami isi hati seseorang, atau pun untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkannnya. Namun, Yesus mampu menyelami motivasi di balik pertanyaan para imam kepala, ahli Taurat, dan tua-tua. Ia menanggapi mereka dengan pertanyaan, “Baptisan Yohanes itu, dari surga atau dari manusia?” (Mrk. 11:30). Mempertanyakan keilahian Yesus berarti menyiratkan keragu-raguan atau ketidapercayaan. Nasihat untuk menyadarkan mereka yang ragu-ragu dalam imannya disampaikan oleh Yudas dalam suratnya, “Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api” (Yud. 1:22-23a).
Kita tak perlu mengutuk mereka yang meragukan iman kita. Sebaliknya, kita tetap menaruh hormat dan belas kasihan pada mereka. Kita tak bisa berdialog dengan cara memaksa atau mendominasi. Yang diperlukan ialah sikap terbuka untuk melihat dari sudut pandang berbeda. Iman kita adalah sesuatu yang tumbuh dari dalam hati dan perlahan-lahan akan membawa kepada kebenaran sejati dalam Yesus Kristus.
Yesus, Engkau membantu setiap orang untuk sampai pada kebenaran sejati dalam iman. Semoga aku pun sampai pada kedewasaan iman agar selalu terbuka pada kuasa Allah di dunia ini. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.