UNDA Teresa dari Kalkuta mengatakan: “Ketika Engkau mencintai sampai cinta itu terasa sakti, tidak ada lagi rasa sakit, yang ada hanyalah cinta”. Mencintai tidak selalu terasa manis, tetapi juga melalui perjuangan dan rasa sakit. Relasi cinta di dalam keluarga tidak selalu mulus, baik, dan nyaman. Seruan St. Paulus kepada anak-anak untuk taat dan hormat kepada orangtua tidak mudah diwujudkan. Banyak cerita orangtua, tentang anak-anak mereka yang sering melawan sehingga menyebabkan konflik. Himbauan yang serupa untuk para orangtua supaya “jangan membangkitkan amarah di dalam hati anak-anak”, pun tidak selalu mudah dilakukan. Ada kisah-kisah keretakan hubungan antara orangtua dan anak yang sulit didamaikan, atau anak-anak yang pergi mencari pelarian karena tidak bahagia di rumah.
Kisah cinta di dalam keluarga bisa sangat pahit dan melelahkan. Salah satu pilihan adalah menyerah dan meninggalkan semuanya. Namun, apakah itu membawa kita kepada sukacita? Yesus menantang kita untuk berjuang memasuki pintu sempit. Memperjuangkan cinta yang setia dan penuh di dalam keluarga nyatanya seperti memasuki pintu sempit yang sulit dilakukan. Yesus mengingatkan kita bahwa itulah jalan kebahagiaan, seperti jalan salib yang dulu pernah Ia perjuangkan bagi keselamatan kita. Kita tidak pernah sendiri. Tuhan selalu menjaga dan menggandeng kita saat berjuang melalui pinut sempit itu.
Ya Bapa, berikanlah aku kekuatan untuk setia mencintai sekalipun mengalami luka, derita, dan kepahitan. Secara khusus dampingilah dan berkatilah keluarga-keluarga yang menghadapi masalah berat supaya menemukan terang dan harapan, kekuatan dan sandaran pada-Mu. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.