MAT perdana mengalami kesulitan besar. Pokok persoalannya terletak pada hubungan antara menjadi Kristen dan adat istiadat Yahudi. Wajibkah sunat bagi orang Kristen bukan Yahudi? Haruskah menjadi Yahudi dahulu untuk menjadi pengikut Yesus? Apakah agama Kristen terikat pada tradisi Yahudi? Apakah gereja berciri Katolik, artinya terbuka pada semua orang dari segala bangsa dan tempat? Pertanyaan-pertanyaan itu didiskusikan oleh para rasul di Yerusalem . Dalam doa dan bimbingan Roh Kudus, mereka sepakat bahwa pengikut Yesus adalah “katolik”. Artinya terbuka bagi semua orang, sebab yang terpenting adalah bersatu dengan Yesus, Sang Pokok Anggur.
Yesus bersabda, “Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya kalau ia tidak tinggal pada pokok-pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku” (Yoh. 15:4). Hal yang paling mendasar adalah bersatu dengan Yesus. Terpisah dari-Nya berarti mati. Menjadi murid Yesus berarti melekat erat dengan-Nya. Kristus bersatu dengan kita dan kita dengan Dia. Hal-hal lain di luar itu tidaklah mutlak. Maka sunat, warna kulit, latar belakang budaya, tidaklah penting bagi murid Yesus. Hanya iman kepada Kristus nilai yang paling mutlak. Dalam iman akan Kristus, perdebatan mengenai suku, sunat, dan asal-usul tidak lagi relevan.
Tuhan Yesus, berilah aku kerendahan hati agar bisa mengalahkan egoku dan mendahulukan kesatuan daripada kemenangan pendapat pribadiku. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.