Yoh. 5: 17-30
Melakukan Kehendak Bapa
Pada suatu hari seorang pastor memberikan kotbah yang berapi-api dengan mengingatkan kembali hukum-hukum Tuhan. “Jangan membunuh”, teriaknya dari atas mimbar. Seorang jemaat yang duduk di bangku paling depan menjawab: “Setuju Pastor!” Kemudian, pastor berteriak lagi : “Jangan mencuri!” Orang itu lagi-lagi memberikan reaksi: “Setuju Pastor!”. Tetapi ketika Pastor itu menyerukan :”Jangan berzinah!”, orang itu memberikan reaksi agak marah. “Hai, pastor, berhenti berkotbah seperti itu. Engkau mencampuri urusan pribadi saya.”
Pesan dari anekdot ini kiranya cukup jelas. Orang bisa dengan gampang menerima ajaran Tuhan kalau hal itu menguntungkannya secara pribadi. Tetapi orang akan menolak ajaran Tuhan kalau hal itu mengganggu kenyamanan hidup mereka. Hal yang sama terjadi juga pada orang-orang Yahudi yang mengkleim sesuatu itu sebagai ajaran agama yang benar kalau menguntungkan posisinya tetapi menolaknya kalau tidak menguntungkan posisinya. Pertentangan antara Yesus dengan pemimpin-pemimpin agama Yahudi sering kali terjadi karena mereka menganggap bahwa mereka adalah pewaris yang syah dari ajaran-ajaran Allah karena mereka menikmati keuntungan ajaran-ajaran itu dan menuduh Yesus sebagai penghujat Allah karena ajaran-ajaran Yesus menuntut mereka untuk bertobat dan membuat perubahan yang total dalam hidup.
Pernyataan-pernyataan Yesus yang disampaikan dalam Injil hari merupakan lanjutan dari apa yang terjadi di dalam Injil kemarin. Di dalam Injil kemarin setelah Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesta orang-orang Yahudi marah karena Yesus melanggar hukum Sabath yakni menyembuhkan orang sakit pada hari Sabath. Mereka beragumentasi bahwa ada banyak hari dalam sepekan dan Yesus mestinya bisa datang pada salah satu hari itu untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Tetapi bagi Yesus membebaskan orang yang menderita kelumpuhan selama 38 tahun merupakan sesuatu yang mendesak. Dia tidak harus tunggu hari lain untuk menyembuhkan orang dari penderitaannya.
Ada pun argumentasi yang diberikan Yesus sederhana saja. “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku bekerja juga” (Yoh. 5:17). Orang-orang Yahudi tentu saja tidak setuju dengan pernyataan Yesus ini karena seturut Kitab Kejadian Allah beristirahat pada hari ketujuh yakni hari Sabath. Orang-orang Yahudi bertambah geram lagi karena Yesus menyebut Allah sebagai Bapa-Nya. Artinya Dia menyamakan diri dengan Allah dan karena itu mereka ingin membunuh-Nya.
Yesus tidak mempedulikan kemarahan orang-orang Yahudi, tetapi malah mengungkapkan lebih lanjut hubungan-Nya dengan dengan Bapa-Nya. “Aku berkata kepada-Mu: Anak tak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau Dia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa itulah yang dikerjakan Anak”. Pernyataan Yesus diambil dari kebiasaan masyarakat yakni anak yang baik selalu mengikuti apa yang dikerjakan oleh orangtuanya. Demikianpun hubungan Yesus dengan Bapa-Nya. Sebagai Anak yang baik, Dia mengikuti apa yang dilakukan Bapa-Nya. “Sebab Bapa mengasihi Anak dan menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri bahkan pekerja-pekerjaan yang lebih besar sehingga kamu menjadi heran.” Dan Yesus selanjutnya memberi kesaksian “sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan memghidupkannya, maka demikian pun Anak bisa menghidupkan barang siapa yang dikehendak-Nya”.
Sebagaimana “Bapak-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” Yesus melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang dipercayakan kepada-Nya. Apakah-apakah pekerjaan-pekerjaan Bapa yang dipercayakan kepada Yesus? Pekerjaan-pekerjaan itu adalah menyembuhkan orang-orang sakit, membuat jalan orang yang timpang, dan memulihkan penglihatan orang yang buta, menghidupkan orang-orang yang mati, memberikan harapan kepada orang-orang yang berputus asa dan kesepian, mempersatukan orang-orang yang tercerai-berai.
Semoga Sabda Tuhan dalam Injil hari ini memberikan inspirasi kepada kita untuk terus melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang dipercayakan Tuhan kepada kita teristimewa selama masa prapaska ini dengan berbuat sesuatu untuk meringankan penderitaan orang-orang yang susah hidupnya, yang miskin dan terlantar, yang sakit dan di dalam penjara, yang putus-asa dan mengalami kesepian. Semoga Tuhan memberkati! Amin.
Credit Foto: melakukan kehendak Bapa di Surga, sangsabda.wordpres.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.