uah jatuh tak jauh dari pohonnya, sebuah peribahasa yang melukiskan kesamaan antara seorang anak dengan orangtuanya, entah bapa entah ibunya. Mengapa? Pasti bisa dipertanggungjawabkan secara biologis dan secara psikologis. Seorang anak menjadi perpaduan yang mengagumkan antara seorang laki-laki dan seorang wanita. Hidup seorang anak mengalir dari perpaduan itu. Karenanya, seorang anak akan menjadi sangat dekat atau lengket kepada orangtuanya.
Dalam alur yang hampir sama, Yesus kita yakini sebagai pokok anggur, Bapa yang menjadi pengusahanya dan kitalah carang-carangnya. Sebagai carang kita menimba sari kehidupan dari pokok itu. Pokok anggur dengan setia mengalirkan sari kehidupan itu ke carang-carangnya sehingga berkembang dan daun-daunnya menghijau. Hidup iman kita juga akan selalu subur dan mekar apabila selalu mengambil sarinya dari Tuhan Sang pokok anggur itu. Dari Dia kita menerima energi kehidupan, menerima daya untuk bertumbuh dan menghasilkan buah-buah segar kehidupan. Karena itu, hidup menjadi sebuah upaya untuk selalu bercokol pada Tuhan sebagai pokok anggur. Karena tanpa Dia kita akan menjadi carang-carang yang lemah tak berdaya dan tak bakal menghasilkan buah-buah kehidupan.
Tuhan Yesus, semoga hidupku selalu terpaut pada-Mu sebagai pokok anggur. Karena aku tahu, hanya di dalam dan bersama-Mu sebagai pokok anggur hidupku akan bertumbuh. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2017
Kredit Foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.