ATA orang bijak, siapa diri kita identik dengan apa yang kita pikirkan. Jika kita memikirkan hal-hal positif, maka kita akan menjadi pribadi yang baik; demikian pun sebaliknya. Kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam kisah Injil selalu muncul untuk mempersoalkan karya yang sedang dikerjakan Yesus. Seakan isi kepala mereka dipenuhi niat dan rancangan yang negative. Mereka acap mencari celah agar bisa menjerat dan menyalahkan Yesus.
Kisah Injil hari ini mengisahkan hal yang serupa. Kaum Farisi mempersoalkan mukjizat penyembuhan yang dilakukan pada hari Sabat.Bagi mereka, seluruh kegiatan dan karya ditiadakan pada hari Sabat, juga jika itu berhubungan dengan menyelamatkan sesame.Hal ini justru berbanding terbalik dengan pewartaan Yesus yang mengutamakn manusia di atas aturan.Mereka pun menyalahkan tindakan Yesus dan mempersoalkan-Nya.
Namun, apa yang salah di mata mereka adalah kebenaran di mata Yesus. Maka, Yesus bertanya kepada meeka soal mana yang diperbolehkan di hari Sabat; menyembuhkan atau membunuh.
Kita pun cenderung bertindak serupa kaum Farisi, kukuh mempertahankan nilai-nilai meskipun harus mengabaikan sesame yang membutuhkan pertolongan.Marilah kita menjernihkan hati dan pikiran kita.Biarkan segala kebaikan dan kebenaran menguasai hati dan pikiran kita. Dengan demikian, kita akan semakin dituntun menjadi orang-orang yang baik.
Ya Bapa, jernihkanlah hati dan pikiranku sehingga hanya memikirkan dan menghayati segala kebaikan yang berasal dari-Mu.Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit OBOR Indonesia
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.