EORANG yang sungguh-sungguh dalam beriman tidak akan mendua hatinya. Namun, manusia acapkali jatuh dalam kecenderungan untuk mengabdi pada dua tuan. Inilah juga yang dipertanyakan nabi Elia kepada rakyat yang beribadat kepada Tuhan dan Baal. “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati?” tanya Elia (1Raj. 18:21). Mereka tak menyahut. Mereka baru bertobat ketika api Tuhan menyambar persembahan yang disediakan Elia hingga habis.
Bagi Yesus, kesetiaan dan keteguhan untuk melaksanakan seluruh ajaran hukum Taurat harus terjadi dahulu. Sebab, Ia datang “bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau Kitab para nabi”, melainkan “untuk menggenapinya” (Mat. 5:17). Memahami ajaran-ajaran Yesus menuntut semangat untuk melakukan lebih dulu apa yang baik bagi manusia, dan dari situ orang akan menemukan penyempurnaan kehendak Allah dalam Kerajaan Surga yang diwartakan Yesus. Beriman kepada Kristus berarti masuk dalam penghayatan akan Hukum Kasih-Nya. Mematuhi hukum Kasih berarti pula tak mendua hati atau menoleh ke belakang.
Orang yang setia tak akan mendua hatinya. Namun, kita sering kali tak setia pada iman yang diyakini. Mestinya ajaran Yesus sudah cukup sebagai pegangan utama yang menghantar kepada keselamatan sejati dalam Kerajaan Allah. Karena itu, kita perlu memurnikan kembali motivasi serta sikap hati dalam menghayati dan melaksanakan ajaran iman.
Yesus, Tuhan dan Guru imanku, Engkau telah menggenapi seluruh kebijaksanaan yang ditawarkan oleh dunia dengan ajaran-Mu. Semoga aku memiliki kemurnian hati dalam menerima dan menghayatinya. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2017
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.