ETIAP orang pasti memiliki ketakutan tertentu dalam hidupnya. Misalnya, takut kegelapan malam, takut ketinggian, takut hantu, takut tidak naik kelas, takut dimarahi orang terdekat, dan takut gagal dalam usaha. Perasaan itu bisa jadi penghalang bagi seseorang untuk berlangkah maju dalam usaha dan kebaikan. Karena itu, Yihanes dalam suratnya yang pertama mengajak para pembacanya untuk memiliki keberanian, terutama dalam berbuat kasih. Apa yang dilakukan oleh Allah kepada kita seharusnya menjadi pedoman bagaiman kita memperlakukan orang lain. Jika kita meyakini dan merasakan bahwa kasih Allah begitu melimpah dalam kehidupan kita, maka seharusnya kita membagi kasih itu kepada orang lain. Yohanes meyakini bahwa tindakan kasih yang kita lakukan merupakan pernyataan diri Allah. Sehingga Allah yang tidak terlihat menjadi terlihat pada saat kita mengasihi orang lain. “Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita (1Yoh.4:12).
Para murid dalam cerita Injil pun mengalami ketakutan, sebab badai angin sakal mengombang-ambingkan perahu mereka. Dalam ketakutan itu, Yesus hadir dan berseru: “Tenganlah! Aku ini, jangan takut!” Namun, para murid tak mengerti dan tidak mampu melihat kehadiran Yesus. Mereka bahkan menganggapnya sebagai hantu. Dalam perahu kehidupan ini kita tidak bisa menghindar dari angin sakal atau badai yang setiap saat terjadi. Rasa takut yang berlebihan itulah yang membuat kita mudah berprasangka buruk sehingga sulit melihat dan melakukan kebaikan yang telah Tuhan perlihatkan kepada kita.
Ya Tuhan, berilah aku keberanian untuk menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup ini, sehingga imanku selalu bertumbuh dalam perbuatan kasih. Amin.
Sumber; Ziarah Batin 2019, OBOR Indonesia
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.