ara Imam, Bruder, Suster, dan Frater selalu berpindah tugas dari satu tempat ke tempat yang lain. Mungkin hal yang sama kita alami juga. Bahkan kita dipindahkan ke tempat atau posisi yang tidak kita kehendaki. Suka atau tidak, diterima atau tidak, ini menjadi aspek yang mendasar dalam panggilan hidup sebagai seorang Kristiani yang siap diutus. Kesiapan diri untuk selalu berpindah tugas sesuai dengan kebutuhan Gereja dan masyarakat menjadi salah satu indikasi dari penghayatan ketaatan kita pada maksud dan rencana Allah. Jika direfleksikan secara serius hal ini menjadi salah satu kekuatan Gereja Katolik dalam meneruskan misi Yesus Kristus yang diembannya. Itulah pola yang diwariskan Yesus. “Juga di kota-kota lain, Aku harus mewartakan Injil Kerajaan Allah, sebab untuk itulah Aku diutus” (Luk. 4: 43).
Berpindah tugas pelayanan dari satu tempat ke tempat yang baru bukanlah sebuah perkara yang mudah. Terutama ketika orang sudah merasa betah dan sudah diterima di tempat tugas tersebut.Menjadi semakin tidak mudah juga ketika orang tersebut sudah merasa terlalu untuk belajar dan menyesuaikan diri lagi di tempat yang baru. Apa yang bisa kita lakukan? Sebagai orang Katolik, kita patut bersyukur karena masih tetap ada anggota Gereja yang siap diutus kemanapun untuk melayani umat Allah. Inilah semangat missioner yang diilhami Yesus sendiri di dalam setiap pengikut-Nya, termasuk kita yang hidup saat ini.Ke mana saja kita diutus, hendaklah kita pergi, dengan keyakinan bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita.
Tuhan Yesus, sku bersyukur karena Engkau telah berjanji untuk menyertai aku ke mana saja aku diutus. Semoga kesadaran iman ini menguatkan aku selalu dan semua orang. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2017
Kredit Foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.