Berbicara tentang bunda Maria tidak akan ada habisnya. Terlalu banyak keutamaan dari Bunda Maria yang patut diteladani. Kalau ditanya sampai kapan akan selesai membahas Bunda Maria? Sampai kita bisa memiliki keutamaan Bunda Maria.
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan.” Bunda Maria bukan hanya berkata-kata, tetapi sungguh-sungguh melaksanakan dalam kehidupan sehari-harinya. Bunda Maria pendengar dan pelaksana Sabda yang paling ulung. Bunda Maria menempatkan dirinya sebagai hamba Tuhan, artinya, Bunda Maria bersedia melakukan apapun kehendak Allah. Kepercayaannya yang total kepada Allah membuat Bunda Maria bersedia menerima tugas Allah tersebut. Sebagai hamba yang baik, semua hal yang diperintahkan harus dilakukan dengan kesungguhan hati dan total, sekalipun hal tersebut menuntut konsekuensi yang berat. Bunda Maria tahu apa tugas dan konsekuensi sebagai hamba Tuhan.
Pernahkah pada saat misa, anda melihat umat yang sibuk dengan gadgetnya? Kira-kira, orang itu fokus kemana? Fokus pada altar atau fokus pada gadgetnya? Bohong jika dia menjawab fokus pada altar. Badannya di dalam gereja tetapi hatinya jauh dari dalam gereja. Tuhan mau diberi persembahan apa? Badan tanpa hati? Tuhan memerlukan seluruh pikiran dan hati kita pada saat merayakan ekaristi. Kepada siapa orang itu menghambakan diri? Pada Tuhan atau pada gadget? Mengapa sekarang ini banyak manusia yang sudah menjadi hamba gadget?
Seperti lagu sekolah minggu, “Di dalam dunia ada dua jalan, lebar dan sempit. Mana kau pilih, yang lebar api, jiwamu mati, tapi yang sempit, Tuhan berkati.” Manusia zaman sekarang banyak yang memilih jalan yang lebar, pelan-pelan akhirnya jiwa mereka mati dan benar-benar menjadi budak dari pilihannya. Manusia memberi diri diperbudak oleh uang, diperbudak pekerjaan, nafsu, miras, narkoba, jabatan, teknologi. Apabila hal ini tidak cepat disadari, maka pada akhirnya manusia itu akan mengalami kehancuran jasmani dan rohani.
Semoga seperti Bunda Maria kita sanggup berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan.” Pasrah pada penyelenggaraan Ilahi, memberi diri diperbaharui agar semakin mampu memahami dan melakukan kehendak Allah. Pada akhirnya kita sanggup membatasi keterikatan dan ketergantungan kita pada hal-hal yang menjauhkan diri kita dari kasih Allah.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.