ADA tahun 1950 di Pheladelpa sebuah pesawat pada saat mendarat tergelincir dan mengalami kebakaran. Seorang pramugari berusaha menyelamatkan seluruh penumpang dalam pesawat itu sementara api makin membesar. Ia berdiri di ambang pintu keluar dan hendak melompat, tetapi seorang ibu berteriak dari bawah: “Tolong… bayiku masih di dalam!” Pramugari itu segera kembali ke dalam pesawat dan ia tak pernah kembali. Setelah api dipadamkan, ia didapati dalam keadaan meninggal sambil memeluk bayi berumur empat bulan. Inilah contoh apa yang dikatakan oleh Paulus dalam bacaan pertama. “ Sebab tidak ada seorangpun diantara kita yang hidup bagi dirinya sendiri dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri” (Rom. 14:7).
Pramugari itu telah memberikan hidupnya bagi orang lain dan ia mati demi orang lain. Pemberian diri kita dapat kita mulai seperti dalam Injil hari ini. Raja yang mengampuni hambanya dan hamba diharapkan melakukan hal yang sama. Kita diingatkan bahwa kita tidak hidup untuk diri kita sendiri, tetapi keberadaan kita harus mendatangkan berkat bagi orang lain, salah satu cara dengan memaafkan. Semoga semangat dari Raja itu juga menjadi bagian dari hidup kita dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.
Tuhan Yesus, semoga kehadiranku menjadi berkat bagi orang lain. Amin
Sumber: Ziarah Batin 2017
Kredit Foto: Orang Samarian yang murah hati/SANG SABDA – WordPress.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.