ENTAHIRAN adalah suatu keadaan yang menggambarkan kesembuhan dari penyakit, sehingga menjadikan seseorang merasakan pemulihan yang menyegarkan jiwanya. Keadaan semacam inilah yang dirindukan oleh semua orang. Orang Israel menganggap bahwa penyakit kusta merupakan kutukan karena dosa dan merusak inti kehidupan. Kata “kusta” dalam pengertian orang Ibrani di zaman dahulu mencakup berbagai penyakit kulit yang merusak jaringan daging dan menyebar ke seluruh tubuh. Maka, perlakukan terhadap orang kusta sangat tidak adil misalnya, ia dibuang, diusir dari tempat perkemahan dan harus tinggal di hutan, harus berpakaian compang-camping, rambut terurai, harus menutupi wajahnya, kalau ada orang yang lewat maka pengidap kusta harus berteriak najis. Mereka juga tak diperbolehkan mengikuti ibadat karena dianggap tidak bersih untuk masuk ke tempat suci.
Bagaimana sikap Yesus ketika berhadapan dengan orang kusta? Yesus tidak mengusir atau menjauh. Yesus justru menggerakkan tangan-Nya ke arah orang kusta itu lalu menyentuhnya. Banyak orang beraksi negatif tentang tindakan yang dilakukan Yesus. Mengapa Yesus mau menyentuhnya? Jawabannya karena belas kasihan. Belas kasihan Yesus menyembuhkan dan mengalahkan segala-galanya. Ketika orang kusta sembuh, Yesus memberikan dua bentuk pesan padanya: Pertama, ia harus melakukan hukum Musa, yaitu menghadap imam supaya ia dinyatakan sembuh. Tanpa pernyataan resmi ini, sulit baginya diterima masyarakat. Kemudian, ia harus memberikan persembahan syukur seperti diatur hukum Musa. Kedua, Yesus melarangnya untuk memberitakannya kepada orang lain karena Yesus tidak ingin dikenal sebagai tabib penyembuh. Sebab misi Yesus bukan untuk memenuhi keinginan orang banyak, melainkan untuk menggenapkan rancangan Allah.
Ya Allah sering kali aku menghakimi orang lain, bahkan menganggap bahwa dirikulah yang paling baik. Aku mohon, bersihkanlah aku supaya pantas bagi-Mu. Amin.,
Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit Obor, Jakarta
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.