aya pernah memelihara seekor anjing di rumah. Saya merawatnya dengan baik, memberikan makan pada waktunya, memandikannya, mengajarkan untuk berlari-lari di jalan, mengajar untuk tidak boleh masuk rumah, cukup sampai di pintu saja, dll. Singkat cerita, anjing itu mengenal saya dengan baik. Kalau saya pulang malam, saya batuk saja dia biasa kenal dan langsung melolong dan mendatangi saya, menyapa saya dengan gerakan bersahabat. Ia benar – benar membuat saya sebagai tuannya. Ia merasa nyaman bila berada di dekat saya. Demikian kisah seorang pemilik anjing.
Yesus selalu diumpamakan dengan Gembala dan kita para pengikut-Nya sebagai domba-domba gembalaan-Nya. Dia menjadi penjaga dan menjadi pintu agar kita bisa masuk ke dalam ”kandang domba”. Karena Ia begitu dekat dengan domba-domba, maka selalu dilukiskan. Ia mengenal suara domba-domba-Nya dan domba-domba suaraNya. Ia berjalan di depan dan domba-dombaNya mengikuti-Nya dari belakang. Lukisan seperti ini menggarisbawahi hakikat kehadiran Yesus dalam hidup para pengikuti-Nya. Setiap waktu kita selalu berusaha mendengarkan suara-Nya dalam doa dan melalui Firman-Nya. Kita berusaha menemukan pintu itu yang tidak lain adalah diri-Nya dan masuk ke hadirat Tuhan melalui-Nya. Kita dapat membaui diri-Nya dan segala rancangan-Nya sejauh doa dan menekuni Firman-Nya. Semakin kita membangun kedekatan dengan-Nya, semakin kita merasa nyaman dan terlindung.
Tuhan Yesus, aku selalu rindu berada didekat-Mu setiap waktu. Karena aku tahu dengan itu aku menjadi tenang dabn merasa nyaman. Amin.
Kredit Foto: Yesus Gembala yang Baik/SarapanPagi Biblika
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.