KEBIASAAN berpikir kita menentukan bagaimana kita memahami hidup ini. Kebiasaan berpikir materialistis (berpusat pada benda atau materi), membuat kita sulit memahami masalah-masalah rohani. Persoalan-persoalan rohani tidak dapat dirasakan secara langsung. Karena itu, kita berupaya untuk memahaminya melalui bahasa simbolis atau perumpamaan. Dari sanalah kita berupaya untuk merenungkan maknyanya. Hal inilah yang dialami oleh para murid Yesus dalam cerita Injil hari ini.
Yesus mengingatkan mereka agar mewaspadai ragi (pengaruh) orang Farisi, khususnya kecenderungan mereka untuk menekankan aspek ritual. Di samping itu juga, Yesus meminta mereka menyadari ragi Herodes, khususnya aspek kuasa politiknya. Para murid hanya bisa memahami ragi dalam hubungannya dengan roti atau makanan. Ingatan mereka hanya berkelindan dengan soal duniawi, urusan perut belaka. Kecenderungan manusia untuk memusatkan perhatian pada urusan duniawi dan hal-hal materi, telah mengakibatkan datangnya air bah dalam kisah Perjanjian Pertama. Hanya Nuh dan keluarganya yang diselamatkan, sebab ia taat kepada Allah.
Kita diingatkan untuk senantiasa sadar bahwa walaupun hidup di dunia ini, kita bukan berasal dari sini. Kita tak boleh tenggelam dalam urusan duniawi semata. Hanya dengan memahami dan melaksanakan rencana dan kehendak Tuhan, kita akan selamat dan kemudian dapat membawa keselamatan kepada sesama.
Ya Roh Kudus, bimbinglah aku untuk berani keluar dari belenggu pemikiran duniawi yang cenderung materialistis, agar aku dapat menyelami kehendak Allah untukku. Amin.
Sumber: ZIarah Batin 2019, OBOR Indonesia
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.