DARI Alkitab kita mengetahui bahwa Allah sangat mengasihi manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya. Namun, kerap kali yang terjadi justru sebaliknya. Manusia sering menciptakan allah menurut gambaran dan rupanya sendiri. Dalam Injil hari ini, Yesus bertanya kepada para murid perihal sejauh mana mereka mengenal-Nya. Jawaban para murid bervariasi. Mereka mempunyai gambaran tersendiri tentang Yesus. Dalam gambaran manusiawi mereka, Raja Penyelamat itu tentu mahakuasa, mampu menaklukan siapa saja dan melakukan apa saja. Beberapa tanda kuasa yang telah dilakukan Yesus membuktikan pengenalan mereka. Namun, ada dimensi hidup Yesus yang tidak dipahami oleh para murid. Karena itu, mereka terkejut dan kecewa ketika Yesus mulai menyampaikan bahwa Dia harus menanggung banyak penderitaan, ditolak, dianiaya, bahkan dibunuh. Petrus menegur Yesus. Namun, Yesus kembali menegur Petrus dengan keras. “Enyahlah iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia,” kata Yesus kepada Petrus.
Teguran Yesus ini ditujukan kepada setiap murid-Nya, termasuk kita. Kita acapkali menerima seseorang bahkan Tuhan, hanya jika yang terjadi adalah hal-hal yang baik. Sebaliknya, kita mudah bimbang dan cemas, ketika yang terjadi justru hal-hal buruk. Apakah kita sesungguhnya mau menerima Yesus sebagai jalan, kebenaran, dan kehidupan kita sepenuhnya? Ataukah kita hanya mau menerima Yesus yang sesuai dengan gambaran dan pikiran kita? Kita perlu mengenal Yesus, tidak hanya sebatas Allah yang menjadi manusia. Kita perlu mengenal dan menyelami karya keselamatan yang ditawarkan Allah melalui diri-Nya hingga wafat di salib.
Tuhan, berilah aku keberanian untuk menyangkal diri, memikul salibku dan mengikuti Engkau. Amin.
Sumber: ZIarah Batin 2019, OBOR Indonesia
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.