ASUL Andreas dan Petrus saudaranya, bukan orang tanpa pekerjaan ketika Yesus memanggil mereka. Cukup mengherankan bahwa mereka segera meninggalkan ayah dan perahu mereka, kemudian mengikuti Yesus. Kelihatannya mereka sudah hidup mapan dan normal, menjadi penjala ikan seperti kebanyakan orang di tepian danau Galilea. Mungkinkah mereka tidak menemukan makna hidup dan kebahagiaan mereka pada kemapanan yang normal itu? Yang pasti, mereka berani membanting setir kehidupan mereka. Andreas dan saudaranya memilih mengikuti panggilan Tuhan.
Kenyataannya, Tuhan memang membutuhkan tangan-tangan dan saksi-saksi untuk diutus mewartakan kabar gembira. Sebagaimana disampaikan dengan indah oleh St. Paulus, “Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia jika merka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mendengar tentang Dia jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya jika mereka tidak diutus?” (Rm. 10:14-15a).
Yesus memanggil kita juga untuk menjadi penjala manusia. Panggilan-Nya menuntut sikap yang radikal untuk mengubah arah hidup kita secara total. Para rasul berani keluar dari kemapanan mereka dan memulai sesuatu yang baru dan penuh misteri bersama Yesus. Percaya pada Yesus adalah satu-satunya pegangan mereka. Ini sebuah pertanyaan mendasar untuk kita, beranikah memilih hanya Yesus? Beranikah menjawab panggilan-Nya?
Tuhan Yesus Gembala Sejati, bukalah telinga dan hatiku kepada suara panggilan-Mu dan buatlah aku berani menjawab panggilan-Mu untuk menjadi pembawa kabar sukacita kepada dunia. Amin.
Renungan Harian ini diambil dari Buku “Ziarah Batin 2017”, Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.