SESUDAH itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” – lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itupun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
Renungan
Kisah penyembuhan orang lumpuh dalam Injil hari ini menyadarkan kita bahwa cara pandang Allah sering kali berbeda dari cara pandang manusia. Umumnya, ketika ada yang sakit, seorang petugas medis langsung melakukan diagnosa dan memberikan tindakan medis agar kesehatan pasien segera dipulihkan. Demikian pun yang dipikirkan oleh beberapa ahli Taurat, ketika Yesus menyembukan seorang lumpuh di kota-Nya sendiri, yakni Kapernaum. Maka persoalan muncul ketika Yesus tidak melakukan tindakan medis yang lazim. Yesus malahan terlebih dahulu mengampuni dosa pasien tersebut. Hal ini semakin memancing emosi ahli Taurat. Yesus dianggap menghujat Allah karena berani-beraninya.
Dia melakukan tindakan pengampunan yang merupakan hak dan kuasa Allah. Namun, bagi Yesus kesembuhan fisik merupakan sesuatu yang bersifat lahiriah. Yang terutama adalah kesembuhan batiniah. Dengan mengampuni dosa si lumpuh, Yesus terlebih dahulu menyembuhkan jiwanya akibat dosa manusiawinya. Penyembuhan jiwa batiniah menjadi jalan lapang bagi kesembuhan fisik yang kemudian memampukan si lumpuh untuk bisa berjalan. Apa gunanya tampil fisik lahiriah jika hati dan jiwa masih diliputi penyakit dosa dan kegelapan?
Kesehatan fisik-ragawi tentu amatlah penting bagi kita manusia. Bahkan orang rela menghabiskan banyak uang untuk memperoleh kesembuhan. Berapa pun besar biaya rumah sakit atau pusat kebugaran, orang tidak pernah memperhitungkannya karena memang kesehatan fisik adalah harta yang melebihi segala-galanya. Dan ini adalah benar. Namun betapa timpangnya kehidupan kita jika di sisi lain kita mengabaikan kesehatan jiwa kita. Cacat jiwa akibat dosa sering kali lupa atau bahkan dilupakan. Padahal kita tidak perlu mengeluarkan duit sepeser pun. Gereja melalui Sakramen Pertobatan, menyiapkan jalan lapang bagi kita untuk senantiasa memuliakan jiwa kita dari dosa dan kegelapan. Kita tahu, tetapi sering kali tidak mau tahu.
Ya, Tuhan, sinarilah aku dengan kuasa Roh-Mu agar aku senantiasa disembuhkan dari sakit dan penyakit. Semoga aku setia menerima Sakremen Tobat sebagai sarana keselamatan yang memulihkan jiwa dan ragaku dari dosa dan kesalahanku.Amin.
==========
Sumber: Ziarah Batin 2016
Kredit Foto: sangsabda.wordpress.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.