IDAK ada manusia yang mau bertahan dalam kesesakan. Tuhan pun tidak akan membiarkan keadaan itu. Kehendak Tuhan yang dikatakan kepada Musa adalah menuntun bangsa Israel keluar dari kesengsaraan di Mesir, menuju ke negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya (bdk. Kel. 3:17). Semua itu pasti membutuhkan perjuangan dan kerja sama dari manusia. Yesus juga melukiskan diri-Nya sebagai pemberi kelegaan bagi mereka yang letih lesu dan berbeban berat, tetapi Ia tidak menghilangkan ‘kuk’ itu. Ia justru memasang kuk itu sambil mengajak untuk belajar dari pada-Nya (bdk. Mat. 11:28-29). Perbedaan antara beban yang dipikul dengan dan tanpa iman terletak pada semangat dan pengorbanan yang dihayati daam kepercayaan akan kepada Kristus. Kristus sendiri sudah menanggung beban dunia di pundak-Nya, sehingga Ia dapat menawarkan kelegaan kepada para pengikut-Nya yang masih harus berjalan dalam hidup keseharian mereka.
Menjadi Kristiani tidak serta merta menghindarkan kita dari berbagai kesulitan dan problem kehidupan, tetapi karena janji penyertaan Kristus dan iman kita semuanya itu tetap dapat kita tanggung dengan sukacita. Perjuangan adalah hal yang wajar dalam setiap perjalanan. Kita yang beriman selalu memiliki pilihan untuk menghadapi masalah dengan keyakinan bahwa Kristus setiap saat menawarkan kelegaan dan penghiburan yang kita perlukan di sepanjang jalan.
Yesus Kristus, Engkau memberi makna pada setiap beban yang harus kami tanggung, karena itu pun diperlukan untuk menjadi pengikut-Mu. Semoga aku tetap mampu bersyukur karena tiap langkahku senantiasa Kausertai. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2017
Kredit Foto: Protes terkait peristiwa pembunuhan orang Kristen di Mesir/Ekaristi.org
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.