ESUS mengecam kepalsuan dan kemunafikan. Kecaman itu menjadi lebih tajam karena ditujukan terhadap mereka yang diberi mandat untuk menuntun hidup sesamanya namun tidak dilakukan, dengan rupa-rupa argumen yang menyesatkan. Kepalsuan dan kemunafikan semakin menyata dengan alasan nama baik, jabatan, kehormatan, dan demi popularitas. Kepalsuan berarti menutupi apa yang seharusnya dinyatakan adanya atau tidak menampilkan diri sejatinya. Sementara kemunafikan menyata dalam sikap, bicara, dan tindakan seolah-olah suci tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan. Terhadap sikap demikian kecaman Yesus menjadi aktual dan mendalam. Sikap dan tindakan hidup hendaknya didasari oleh iman. Iman mendorong kita untuk berbuat kebaikan dan memberikan kehidupan bagi sesama.
Paulus menyerukan tentang Allah yang satu dan universal. Kasih sayang Allah terbuka untuk siapa saja yang hidup berlandaskan iman. Kasih setia Allah telah nyata dalam diri Yesus Kristus yang menebus kita secara cuma-cuma. Atas dasar inilah selayaknya kita bergembira dan bermegah karena iman, bukan karena kecemerlangan intelektual, popularitas atau jabatan semata. Apakah kita sungguh hidup jujur dalam beriman? Bersediakah kita berbuat baik bagi sesama di sekitar kita?
Tuhan Yesus, berilah aku sikap kejujuran dan ketulusan. Semoga aku mampu bersyukur atas kasih-Mu dalam hidup hari demi hari. Amin.
Renungan Harian ini diambil dari Buku “Ziarah Batin 2017”, Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.