MENYANGKAL DIRI DAN MENGIKUTI YESUS
Lukas 9: 22-25
PERNYATAAN Yesus dalam perikop ini mungkin amat radikal dan menantang kita sebagai umat beriman. Betapa tidak! Pernyataan ini begitu bertentangan dengan orientasi hidup manusia dewasa ini yang selalu mencari yang serba menyenangkan dan serba mudah. Normalnya manusia mencita-citakan suatu kehidupan yang nyaman tanpa kesulitan: sehat, punya keluarga yang bahagia, rumah mewah, punya banyak uang, dapat bersenang-senang dan berlibur ke mana saja, dst. Persyaratan yang diajukan Yesus untuk menjadi pengikutnya menjadi amat sulit dan berat. Yesus bersabda: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku.”
Sepintas pernyataan Yesus ini terkesan aneh bila dihadapkan dengan orientasi manusia dewasa ini. Kalau Yesus mengiklankan persyaratan ini untuk mendapatkan banyak pengikut, pasti amat bertentangan dengan prinsip periklanan yang selalu mengemukakan yang terbaik, termudah, ternyaman dst. Dan karena itu, pasti tidak ada yang mempedulikan iklan Yesus ini.
Tetapi justru pernyataan Yesus ini, sebenarnya menggoncang nilai-nilai yang begitu mapan manusia perjuangkan. Dan Yesus dengan cara hidupnya yang radikal serta kritikannya yang tajam telah menggoncang kemapanan para elit agama Yahudi pada zamanNya. Karena itulah Dia mendapatkan banyak penolakan. Dia ditolak oleh tua-tua, imam kepala, ahli taurat. Semua mereka menginginkan kematianNya. Dan Yesus tahu dan Dia tidak menghindar. Justru dengan menerima kematianNya karena perjuangannya membela nilai-nilai yang dia yakini, dia dapat mengajari kita para muridNya untuk mengikutiNya yaitu memperjuangkan nilai-nilai yang sama.
Yesus memang menggoncang nilai-nilai duniawi kita. Daya tarik hidup duniawi yang begitu kuat menggiring kita, perlu pula diterapi dengan suatu pandangan hidup yang radikal. Contoh yang amat sederhana, di masa puasa ini barangkali banyak teman-teman kita berusaha keras menahan diri tidak merokok. Bisa jadi ada yang menyerah, “memaafkan” diri untuk terus merokok dan memilih cara puasa yang lain. Dan bagaimana dengan kenyamanan lain, produk dari budaya konsumerisme zaman ini yang menggiring kita kepada pementingan terhadap diri sendiri dari pada orang lain?
Hanya bila kita siap untuk menyangkal diri, berhenti berpusat pada diri sendiri dan bersatu dengan hidup Kristus, kita dapat sungguh-sungguh hidup. Maka inti dari pernyataan Yesus ini sebenarnya adalah panggilan bagi kita untuk berhenti menghidupi hidup dengan cara duniawi dan egosentrik dan mulai menghidupi hidup dengan cara Yesus. Kita menjadi pengikut Yesus dengan meniru cara hidupNya dan menaati perintahNya.
Memang kita selalu tergoda untuk menghidupi hidup yang serba nyaman dan menyenangkan. Tetapi kita sadari juga bahwa ternyata tidak selamanya kita hidup seperti itu. Tidak jarang kita menemui tantangan dan kesulitan dalam hidup. Seperti dikatakan dalam Kitab Ulangan, kita sesungguhnya dihadapkan pada kehidupan dan kematian, keberuntungan dan kecelakaan (Ul. 30: 15). Dan hanya bila kita memilih jalan Tuhan, kita memilih kehidupan.
Yesus tahu bahwa salib tidak bisa kita hindari di dalam hidup. Maka ajakan memikul salib setiap hari sebenarnya ajakan Yesus untuk selalu bersama Dia dalam memikul salib hidup kita. Bersama Yesus, salib kita pun ringan.
Foto: Menyangkal Diri dan Mengikuti Yesus, ilustrasi dari tuhanselalubukajalan.blogspot.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.