LUK 19:41 Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,
Luk 19:42 kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.
Luk 19:43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan,
Luk 19:44 dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
Renungan
Tak ada saat dimana hidup mengalami situasi batas, Pengalaman batas menyadarkan sisi – sisi kemanusiaan untuk berempati dan berbela rasa. Yesus sendiri telah menunjukkan kasih dan empati yang teramat besar bagi manusia. Sikap empati dan bela rasa yang ditunjukkan-Nya bukan sekedar menangisi kedosaan dan derita manusia, seperti halnya Ia menangisi kota Yerusalem. ( Bdk. Luk.19:41 ), melainkan Ia sendiri menyerahkan hidup-Nya bagi penebusan manusia.
Belas kasih Yesus tiada batas menunjukkan kesempurnaan kasih Bapa yang telah mengutus-Nya. Melalui pengurbanan Tubuh dan Darah-Nya yang digambarkan seperti kurban sembelihan Anak – Domba, hidup kita dibersihkan dan diselamatkan. Oleh kurban salib-Nya kita ditebus dan diangkat menjadi orang pilihan Allah dan ikut memerintah bersama-Nya dalam suasana kasih dan kebahagiaan (Bdk. Why.5:9-10 ).
Mengalami situasi batas berbeda dengan ketika manusia berada di puncak. Terkadang kita merasa segala – galanya indah dan nyaman, sampai lupa turun ke bawah menyapa sesama dan berbela rasa. Inilah arti tangisan Yesus saat menatap Yerusalem yang megah dan angkuh, yang tidak dimengerti dan peduli dengan apa yang perlu untuk damai sejahteranya, sebab mereka menolak keselamatan dalam diri Yesus.
Mungkin Yesus sejak beberapa hari ini mendekati kita juga menatap kita sambil menangis karena kita sering kali tida, mengerti atau bahkan lalai mengusahakan apa yang perlu bagi keselamatan kita dan kebahagiaan sesama. Kita mungkin terlalu sibuk mengurus hal yang tidak penting dan terlalu fokus pada ambisi pribadi yang terselubung dalam aneka kesibukan kita. Mari kita kembali ke jalan yang benar dan menyelamatkan agar Yesus senantiasa tersenyum.
Tuhan Yesus, acapkali aku mengkhianati cinta-Mu sehingga membuatmu sedih. Ampunilah aku dan bantulah aku untuk mengarahkan hidupku pada jalan-Mu yang benar dan menghidupkan, Amin.
===========
Sumber: Ziarah Batin 2016
Kredit Foto: http://www.sciencealert.com/
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.