ALAM sejarah dunia, ada banyak cerita manusia yang dengan berbagai macam cara dan keyakinan berusaha mencari dan menemukan Tuhan. Belum lama ini, ada kegaduhan mengenai sebuah kelompok yang oleh sebagian orang disebut “ajaran sesat”. Mereka dianggap sesat karena tidak sesuai dengan ajaran yang diyakini oleh kelompok mayoritas dan membentuk kelompok eksklusif yang mencurigakan. Gerakan semacam itu bukan yang pertama dan boleh jadi bukan pula yang terakhir dalam masyarakat. Gerakan yang dianggap sesat itu, dan juga berbagai cara manusia untuk mencari Tuhan, menampilkan kegelisahan yang menyelimuti manusia. Sebuah pertanyaan mendasar tentang Tuhan: bagaimana bisa berjumpa dengan Tuhan? Masalahnya, Tuhan tidak bisa diukur dan ditebak.
Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah tidak bisa diperkirakan dengan tanda-tanda lahirilah. Sementara manusia cendeerung berpegang pada tanda-tanda yang bisa diterima secara inderawi. Maka, pertanyaannya, Tuhan seperti apa yang dicari manusia? Yang sejati atau yang seturut gambaran manusia?
Untuk sampai kepada Tuhan yang sejati dan untuk mengenal kehadiran-Nya, manusia perlu dituntun oleh kebijaksanaan ilahi sendiri.
Maka, dengan indah, Kitab Kebijaksaan menunjukkan sikap yang perlu dibangun dalam pencarian akan Tuhan. Di akhir bacaan pertama dikatakan, dengan “Aku jatuh cinta kepada kebijaksanaan dan kucari sejak masa mudaku”. Barang siapa merindukan dan mencari kebijaksanaan, ia akan menemukan Allah.
Ya Allah, penuhilah aku dengan Kebijaksanaan-Mu yang menuntunku pada jalan kebenaran-Mu. Amin.
Renungan Harian ini diambil dari Buku “Ziarah Batin 2017”, Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta
Kredit Foto : Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.