Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian: Kamis, 12 Februari 2015

Renungan Harian: Kamis, 12 Februari 2015

Kehadiran dan keterlibatan perempuan dalam karya-karya Gerejani, ilustrasi dari parokimbk3lingga.blogspot.com

BELASKASIH TUHAN KEPADA SEMUA ORANG

Markus 7:24-30

SETELAH berdiskusi dengan kaum Farisi dan ahli taurat, Yesus rupanya ingin mencari tempat nyaman untuk beristirahat. Dari diskusinya itu tampak jelas posisi Yesus berhadapan dengan tradisi dan peraturan agama Yahudi. Tetapi bagaimana sikap Yesus terhadap orang-orang non-Yahudi? Yesus pergi ke Tirus, sebuah daerah pinggiran tempat orang-orang bukan Yahudi. Di sana menjadi jelas pula posisi Yesus dalam berhadapan dengan orang-orang non Yahudi, yang dianggap rendah dan disebut kafir oleh orang-orang Yahudi.

Yesus pergi diam-diam ke daerah Tirus dan masuk di sebuah rumah. Walaupun demikian orang tetap mengetahui kedatanganNya. Rupanya Yesus sudah begitu terkenal sehingga orang-orang di wilayah bukan Yahudi pun mengetahuinya. Seorang wanita Yunani dari bangsa Siro-Fenisia mengetahui kedatangan Yesus, dan datang kepadaNya. Dia tersungkur di depan kaki Yesus dan memohon supaya anak perempuannya disembuhkan dari kerasukan roh jahat.  Tentu wanita ini amat ingin puterinya yang menderita kerasukan roh jahat itu disembuhkan. Dan dia menaruh pengharapan besar pada Yesus yang telah didengarnya banyak menyembuhkan berbagai penyakit, serta tidak pernah menolak permohonan orang. Jadi walaupun wanita ini tergolong kaum kafir menurut pandangan orang Yahudi, tetapi dia memiliki iman dan pengharapan yang besar pada Yesus. Cara dia meminta penyembuhan berupa sembah sujud kepada Dia, Sang penyembuh ilahi.

Jawaban Yesus barangkali mengherankan. Jawaban Yesus yang menolak permintaan wanita itu sepertinya sejalan dengan sikap kaum Yahudi pada umumnya yang menolak kaum kafir. Yesus berkata kepada wanita itu: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”. Wanita itu tentu mengerti kata-kata Yesus. Dia faham siapa yang disebut anak-anak dan siapa yang disebut anjing. Orang Yahudi sudah biasa menyebut kaum kafir sebagai anjing-anjing liar, yang berbeda dari mereka sebagai kaum terpilih, anak-anak Allah sendiri.

Walaupun demikian wanita itu tidak merasa terhina, melainkan tetap kuat iman dan pengharapannya. Dia yakin Yesus akan mau menolongnya. Dia tidak mundur. Dia seakan-akan tahu isi hati Yesus. Karena itu dia menjawab Yesus “Benar Tuan, tetapi anjing-anjing yang di bawah meja pun makan dari remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Wanita itu membenarkan kata-kata Yesus, karena dia pun sudah tahu bahwa orang Yahudi sering menyamakan kaum kafir itu dengan anjing. Tetapi dia tidak merasa dirinya sebagai anjing liar yang jauh melainkan anjing rumah yang masih mendapat kasih sayang dari tuannya, walaupun tidak diperlakukan sama seperti anak-anak.

Saya yakin pada waktu Yesus mengucapkan kata-kata penolakan itu, pasti wajahnya menunjukkan penerimaan. Rupanya Yesus tetap ramah dan mengucapkan kata-kata tersebut sambil tersenyum. Yesus sebenarnya hanya menguji kesungguhan iman wanita itu. Yesus tentu tidak megucapkan kata-kata itu dari hati sebagaimana kaum Yahudi lainnya. Dan wanita tersebut membuktikan kesungguhan imannya dengan tidak mundur melainkan tetap mendesak Yesus supaya menyembuhkan anaknya. Apa lagi argumennya amat meyakinkan sekaligus menunjukkan kerendahan hati serta penuh pengharapan. Dan ketika mendengar jawaban wanita itu Yesus tidak dapat menolak lagi. Dia berkata: “Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu”.

Walaupun demikian, apa yang dikatakan Yesus kepada wanita itu tetap mengandung kebenaran. Dia datang pertama-tama memang kepada orang Yahudi. Tetapi tidak hanya kepada mereka melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain. Yesus datang untuk semua orang, walaupun melalui bangsa Yahudi.

Melalui jawaban wanita itu kita tidak hanya menemukan suatu kerendahan hati dan perjuangan yang tak kenal lelah demi kebaikan anak perempuannya, melainkan sebuah iman yang mengagumkan. Dia percaya bahwa remah-remah yang jatuh dari meja pun sudah cukup untuk menyelamatkan puterinya. Dia juga seperti orang-orang Genesaret yang amat percaya, bahwa hanya dengan menyentuh jubah Yesus mereka menjadi sembuh. Dia tahu isi hati Yesus, yang pasti mau menunjukkan belaskasihnya kepada orang dari bangsa manapun dan karena itu dia akan menyembuhkan puterinya.

Belaskasih Tuhan melampaui segalanya: melampaui ikatan kesukuan. Dia menerima setiap permohonan yang disampaikan dengan segala kerendahan hati serta pengharapan yang teguh. Bahkan belaskasih dan kerahiman Tuhan melampaui dosa dan ketidak-layakan kita.

Foto: Ilustrasi (Kehadiran dan keterlibatan perempuan dalam karya-karyaGerejani, parokimbk3lingga.blogspot.com)