“Jikalau seorang berkata, ‘Aku mengasihi Allah’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta.” (1 Yoh. 4:20). Kata-kata Rasul Yohanes ini menegaskan hubungan yang erat antara mengasihi Allah dan mencintai sesama. Keduanya tidak dapat dilepas-pisahkan. Seseorang yang mengaku mengasihi Tuhan, harus pula selalu berupaya mencintai sesamanya. Namun, sesama di sini tidak berarti orang-orang terdekat atau yang dikasihi, tetapi juga melibiatkan mereka yang menjadi musuh. Dasar dari tindakan mengasihi sesama adalah iman kita. Bahwasaannya Allah selalu mengasihi kita. Kasih Allah inilah yang seharusnya memotivasi setiap orang beriman untuk dapat mengasihi orang lain.
Kasih yang tak membeda-bedakan itulah yang dihayati oleh Yesus dalam setiap karya pewartaan-Nya. Hidup dan tindakan-Nya menggambarkn kepedulian dan campur tangan Allah bagi kehidupan manusia, khususnya bagi mereka yang dipinggirkan oleh masyarakat. “Aku datang untuk menyampaikan kabar baik kepada orang miskin,” kata Yesus. Solidaritas-Nya kepada kaum miskin dan yang terpinggirkan, hendaknya menginspirasi kita untuk memiliki solidaritas kepada sesama, khususnya mereka yang menderita. Di sekitar kita ada banyak orang miskin dan berkekurangan yang membutuhkan uluran tangan kita. Maka, kita perlu bekerjasama untuk ikut ambil bagian secara nyata. Sebab, bukti bahwa kita mengasihi Tuhan adalah jika kita mengasihi sesama.
Ya Tuhan, Engkau telah menyatakan kasih-mu kepadaku, semoga aku pun sanggup mengasihi sesama. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2019, OBOR Indonesia
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.